jika pada bulan Ramadhan Allah mensyariatkan kepada kita
umat Muhammad untuk melaksanakan ibadah puasa dan zakat fitrah, maka pada bulan
zhulhijjah. Allah mensyariatkan kepada kita ibadah haji dan ibadah qurban,
kedua ibadah ini Allah perintahkan kepada kita, untuk mengenang perjuangan Nabi
Ibrahim dan keluarganya dalam keteguhannya dan kesabarannya menjalankan
perintah Allah Swt, namun demikian khatib pada hari yang berbahagia ini, tidak
berbicara banyak tentang ibadah haji, akan tetapi khatib akan banyak
menceritakan tentang ibadah qurban, karena ibadah ini, disamping salah satu
cara untuk mendekatkan diri kepada Allah secara Individual, tapi juga penuh
dengan nilai nilai sosial;
Hadirin yang dirahmati oleh
Allah….
Adapun judul khutbah aidul Adha pada hari yang berbahagia
ini adalah
Membumikan ibadah qurban
dalam kehidupan bermasyarakat
•
Sejarah qurban;
Jika
kita melihat ke dalam sejarah, maka kita akan menemukan peristiwa penyembelihan
hewan kurban ini terjadi sejak zaman Nabi Adam As sampai Nabi Muhammad SAW,
namun yang diceritakan dalam Al-quran hanya tiga kisah nabi yang berkaitan
dengan qurban, yaitu Nabi Adam A.s, Nabi
Ibrahim As dan pada zaman Nabi Muhammad S.A.W. sedangkan nabi nabi yang lain
hanya dapat kita temukan dalam riwayat riwayat Israiliyat, yang ke outentikan
ceritanya sudah banyak diselewengkan oleh orang yahudi dan nasrani,
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ ۚ وَجَاءَكَ فِي هَٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
Dan semua
kisah rasul-rasul, kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar dengan kisah itu
Kami teguhkan hatimu; dan di dalamnya telah diberikan kepadamu (segala)
kebenaran, nasihat (pelajaran) dan peringatan bagi orang yang beriman.
(QS Hûd : 120)
Pertama pada zaman Nabi Adam A.s.
kisah qurban ini dimulai
ketika Allah, melarang Nabi Adam mengawinkan anak anaknya dengan saudara
kembarnya, Allah melarang ketika itu menikahkan seorang perempuan kepada
saudara laki-lakinya yang kembar. Maka Nabi Adam perintahkan anaknya yang
bernama Qabil untuk menikah dengan saudara perempuan kembaran Habil, dan Habil
menikah dengan saudara perempuan kembaran Qabil, akan tetapi perintah tersebut
tidak di indahkan oleh Qabil, dia menolak untuk menikah dengan saudara
perempuan Kembaran Habil, dan tetap mau menikah dengan saudara perempuannya
sendiri, dengan alasan lebih cantik, atas kejadian itu Nabi Adam mengadu kepada
Allah, Agar Allah memberi petunjuk terhadap permasalah yang menimpanya, maka
melalui lisan Nabi Adam, Allah perintahkan kedua anaknya untuk berkurban, siapa
yang diterima kurbannya, itulah yang menjadi suami bagi Iklima, saudara
perempuan kembar Qabil.
Maka dilaksanakanlah Qurban
oleh putra-putranya yaitu bernama Qabil dan Habil. Qabil adalah seorang petani,
dia mengeluarkan kurbannya dari hasil pertaniannya, dia memilih buah-buahan
yang jelek-jelek untuk diqurbankan kepada Allah, sedang Habil adalah seorang
peternak, mengeluarkan hewan peliharaanya untuk berqurban, dipilihlah hewan
yang gemuk dan sehat, dan dia taat terhadap petunjuk ayahnya Nabi Adam.
Ketika
keduanya melaksanakan qurban, ternyata yang diterima Allah adalah qurban yang
dikeluarkan oleh Habil, sementara buah-buahan yang dikeluarkan si Qabil tetap
utuh, tidak berkurang. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an surat
Al-Maidah ayat 27
واتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الآخَرِ قَالَ لأقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِين
"Ceritakan
kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya,
ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka diterima dari salah seorang dari
meraka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil), Ia berkata :
"Aku pasti membunuhmu!" Berkata Habil " Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang
bertakwa".
Qurban
Habil di terima Allah SWT karena dia mengeluarkan sebagian hartanya yang bagus
dengan tulus dan ikhlas. Sementara Qabil mengeluarkan sebagian harta yang jelek
dan terpaksa. Oleh karena kurban tidak diterima Allah. Akhirnya si Qabil
menaruh dendam kepada si Habil. Berawal dari perebutan calon isterinya, dimana
peraturan waktu itu dengan sistem kawin silang.
Kedua, pada zaman Nabi Ibrahim As.
Dalam
kitab “Misykatul Anwar” disebutkan bahwa konon, Nabi Ibrahim adalah seorang
pengembala hewan yang sangat kaya, memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300
lembu, dan 100 ekor unta. Riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim
mencapai 12.000 ekor ternak. Suatu jumlah yang menurut orang di zamannya adalah
tergolong milliuner. pada suatu hari, Ibrahim ditanya oleh seseorang “milik
siapa ternak sebanyak ini?” maka dijawabnya: “Kepunyaan Allah, tapi kini masih
milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan
cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku, niscaya akan aku serahkan
juga.”
Ibnu
Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan bahwa, pernyataan Nabi
Ibrahim itulah yang kemudian dijadikan bahan ujian oleh Allah dalam menguji
Iman dan Taqwa Nabi Ibrahim, singkat cerita setelah nabi Ibrahim menjenguk
kembali istrinya yang bernama siti Hajar dan anaknya yang bernama Ismail, yang
di tinggalkan di padang tandus lagi diberkati oleh Allah, yaitu Makkah
Almukarramah, Nabi Ibrahim begitu senang ketika berjumpa kembali dengan
keluarganya, beliau heran bukan kepalang, tanah yang tandus, kini berubah
menjadi subur, dulu yang tidak ada penghuni, kini berubah menjadi ramai, Allah
telah mengabulkan doa Nabi Ibrahim yang Allah Abadikan dalam Al-quran,
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah
menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tumbuhan di
dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian
itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia
cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan,
mudah-mudahan mereka bersyukur.(QS.Ibrahim/37(
Namun
kebahagian Nabi Ibrahim tidak berlangsung lama, setelah beberapa lama beliau
menetap di Mekkah, Nabi Ibrahim mengalami mimpi yang sangat hebat, dalam mimpi
tersebut, Nabi Ibrahim mendapatkan perintah dari Allah SWT untuk menyembelih
putera kesayangannya ismail. Ismail merupakan putera semata wayang dari Nabi
Ibrahim dari pernikahannya dengan istri yang keduanya yang bernama siti hajar,
kegundahan Nabi Ibrahim begitu hebat, apakah mimpi itu benar dari Allah, atau
bukan, dan yang lebih terkejut lagi, Nabi Ibrahim mengalami mimpi tersebut
secara berturut-turut;
Setelah
nabi Ibrahim yakin dengan mimpinya, Nabi Ibrahim mencoba bertanya kepada
anaknya Ismail tentang mimpi tersebut, percakapan ayah dan anak ini di abadikan
oleh Allah dalam Al-quran Surah As-Shoffat 102;
قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya: Ibrahim berkata :
“Hai anakkku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka
fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang
sabar.” (QS As-shaffat: 102).
Ketika
keduanya siap untuk melaksanakan perintah Allah. Iblis datang menggoda sang
ayah, sang ibu dan sang anak silih berganti. Akan tetapi Nabi Ibrahim, Siti
hajar dan Nabi Ismail tidak tergoyah oleh bujuk rayuan iblis yang menggoda agar
membatalkan niatnya. Bahkan Mereka melempar iblis dengan batu, Setelah sampai
disuatu tempat, dalam keadaan tenang Ismail berkata kepada ayahnya : ”ayahda,
ikatlah kaki dan tanganku, supaya aku tidak dapat bergerak leluasa, Hadapkan
mukaku ke tanah, supaya tidak melihatnya, Lepaskan bajuku, agar tidak terkena
darah yang nantinya menimbulkan kenangan yang menyedihkan. Asahlah tajam-tajam
pisau ayahda, agar penyembelihan berjalan singkat, sebab sakaratul maut dahsyat
sekali. Berikan bajuku kepada ibu untuk kenang-kenangan serta sampaikan salamku
kepadanya supaya dia tetap sabar, agar saya dilindungi Allah SWT, Nabi Ibrohim
menjawab ”baiklah anakku, semoga Allah swt akan menolongmu”.
Setelah
ismail, putra tercinta ditelentangkan diatas sebuah batu, dan pisaupun
diletakkan diatas lehernya, Ibrahim pun menyembelih dengan menekan pisau itu
kuat-kuat, namun apa hendak dikata pisau yang sangat tajam tersebut tidak mampu
memotong leher Ismail ketika itu,
Hadirin Jama’ah Idul Adha
yang dimuliakan Allah
Pada
saat itu Allah SWT memerintahkan jibril untuk mengambil seekor kibasy dari
surga sebagai gantinya. Allah telah meridhai ayah dan anak memasrahkan tawakkal
mereka. Sebagai imbalan keikhlasan mereka, Allah mencukupkan dengan
penyembelihan seekor kambing sebagai korban, sebagaimana diterangkan dalam
Al-Qur’an surat As-Shaffat ayat 103-107;
فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ - وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ - قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ - إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاء الْمُبِينُ - وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
-
"Tatkala keduanya
telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya),
(nyatalah kesabaran keduanya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya
demikianlah Kami memberi balasan kepada orang yang berbuat baik".
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu
dengan seekor sembelihan yang besar ".
Dan ketiga, dalam Zaman Nabi Muhammad SAW.
Pada
masa Nabi Muhammad, qurban pun diperintahkan kembali di dalam surat Al-Kautsar:
1-3: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak, maka
dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang
membencimu, dialah yang terputus (dari nikmat Allah)”. Surat Al-Kautsar ini lah
yang kemudian dijadikan dasar hukum bagi umat Nabi Muhammad untuk berqurban
bagi yang mampu.
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ ۗ فَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا ۗ وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ
Dan bagi tiap-tiap umat
telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban), supaya mereka menyebut nama Allah
terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, Maka
Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya.
dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada
Allah)." (Al Hajj: 34);
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
Dari 3 kisah tersebut
diatas, dapat kita pahami bahwa berqurban merupakan sebuah syiar yang
sudah ada semenjak generasi manusia pertama yaitu nabi adam, selanjutnya
aktivitas berqurban ini juga menjadi amaliyah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Dan bahkan kemudian
dikenal dari sinilah sumber syariat Qurban umat nabi Muhammad Shalallahu’alaihi Wasallam berasal. Sebagaimana beliau menerangkan ketika
ditanya oleh salah seorang sahabat, “Wahai Rasulullah, apakah Qurban itu ?”
beliau menjawab: “Qurban adalah sunahnya
bapak kalian Nabi Ibrahim.” (HR. Ahmad);
Kemudian
syiar berkurban ini Allah serukan dalam Surat Al- Kautsar ayat 1 dan 2 yang
kemudian menjadi dasar perintah Allah kepada Umat Nabi Muhammad agar melakukan
ibadah qurban, Sesungguhnya kami telah
memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena tuhan-Mu,
dan berqurbanlah”.
Berqurban adalah salah satu
tanda syukur kepada Allah SWT yang telah menganugerahkan rizki kepada kita. Dan
salah satu bentuk rasa syukur tersebut adalah dengan mengeluarkan sedikit dari
harta kita untuk menyembelih hewan dengan berqurban, dan dibagi bagikan kepada
fakir miskin, dan orang orang di sekeliling kita,
Dalam sebuah Hadits yang di
yang bersumber dari Aisyah, Rasulullah pernah bersabda :
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلاَفِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ اْلأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا – رواه مسلم
Dari dari ‘Aisyah bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada amalan yang
dilakukan oleh anak Adam pada hari Nahr (Idul Adhha) yang lebih dicintai oleh
Allah selain dari pada mengucurkan darah (hewan kurban). Karena sesungguhnya ia
(hewan kurban) akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, bulu, dan kukunya.
Dan sungguh, darah tersebut akan sampai kepada (ridha) Allah sebelum tetesan
darah tersebut jatuh ke bumi, maka bersihkanlah jiwa kalian dengan berkurban.”
(HR. Turmudzi);
Maka sudah
sepatutnyalah kita berlomba lomba dalam kebaikan, untuk berqurban di hari aidul
Adha ini, apalagi berqurban ini hanya ada diwaktu khusus, yaitu pada tanggal 10
Dzuhijjah sesudah Shalat ‘dul Adha, batas akhir sampai terbenamnya matahari
pada tanggal 13 Dzulhijjah. Dan ini menunjukkan akan keuatamaan dari ibadah itu
sendiri,
Dalam sebuah ungkapan
lain, Rasulullah menegur mereka mereka yang mampu, namun tidak mau berqurban,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَنَا – رواه ابن ماجه
Dari Abu Hurairah, bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa memiliki
keluasaan (untuk berkorban) namun tidak berkorban, maka janganlah ia mendekati
tempat shalat kami.” (HR. Ibnu Majah);
Kalaulah harga rokok
per/bungkus Rp. 12.000, yang di konsumsi setiap hari /1 bungkus, maka jika
dikalikan 30 hari, anda akan menyimpan uang Rp. 360.000, maka jika di kali 12
bulan atau setahun, anda akan menyimpan uang sebesar 4.320.000,- jika harga
kambing /ekor 2.000.000,- berarti kita telah bisa berkurban 2 ekor kambing pada
tahun tersebut, wahai saudaraku, masihkan kita mengatakan bahwa kita belum
mampu untuk berkurban, masihkan kita tidak peduli dengan qurban karena hukumnya
sunnah Muakkadah, apakah kita akan menunggu kaya raya, baru berqurban, hanya
kita yang mengetahui jawabnnya masing masing,
Kalaulah kita tidak mampu
berqurban setahun 1 kali, maka niatkan pada diri kita untuk berqurban 2 tahun 1
kali, kalau juga tidak mampu, maka niatkan 5 tahun 1 kali, kalau juga tidak
mampu maka berniatlah seumur hidup sekali, kalau juga tidak mampu, maka kata
penyanyi dangdut H. Roma Irama, terlalu…..
Hadirin
yang di rahmati oleh Allah,
Mari kita bumikan ibadah
qurban, kita galakkan masyarakat kita, anak anak kita agar mereka merindukan
ibadah qurban, sebagaimana masyarakat kita merindukan ibadah haji, merindukan
umrah, karena ibadah qurban juga termasuk dari mensyiarkan agama Allah swt,
وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهَا صَوَافَّ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ كَذَلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan telah
Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi'ar Allah, kamu
memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika
kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila
telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang
rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang
meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu,
mudah-mudahan kamu bersyukur. (QS. Al Hajj 36).
Allah SWT memerintahkan kepada umat Islam untuk mengagungkan
syi’ar-syi’ar agama Allah. Dia SWT berfirman:
ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوب
Demikianlah (perintah
Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu
timbul dari ketakwaan hati.
Sebelum saya tutup, khutbah ini, khatib ingin menceritakan sebuah hadits
yang menceritakn interaksi antara Siti Aisyah R.A, dengan Rasulullah ketika
melakukan qurban,
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهُمْ ذَبَحُوا شَاةً فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا بَقِيَ مِنْهَا قَالَتْ مَا بَقِيَ مِنْهَا إِلَّا كَتِفُهَا قَالَ بَقِيَ كُلُّهَا غَيْرَ كَتِفِهَا
Suatu hari Rasulullah
berqurban dengan para shahabatnya, dan setelah qurban selesai, Rasulullah
menyuruh Aisyah untuk membagi bagikan daging qurban milik Rasulullah kepada
fakir miskin yang ada disekitaran kota Madinah, setelah selesai Aisyah
melaksanakan tugasnya, rasulullah bertanya kepada Aiysah, بَقِيَ مِنْهَا مَا apakah tidak ada yang engkau sisakan wahai Aisyah, kemudian Aisyah
menjawab كَتِفُهَا إِلَّا مِنْهَا بَقِيَ مَا wahai Rasulullah, tidak ada yang sisa,
semua telah kubagikan kecuali yang tinggal adalah bahunya, kemudian rasulullah
mengatakan kepada Aisyah, كَتِفِهَا غَيْرَ كُلُّهَا بَقِيَ قَالَ semua yang telah engkau bagikan kepada
fakir miskin dan tetangga tetangga kita, itulah yang tinggal untuk kita wahai
Aisyah, adapun bagian bahu yang sisa tersebut untuk kita, itulah yang akan
lenyap bersama kita;
Hadirin
yang dirahmati Allah;
Ibadah Qurban kelihatannya
kurang mendapat perhatian dan kurang kita sadari, maka perlu kita renungkan dan
kita hayati secara lebih dalam lagi, sehingga perasaan saling membagi dan
memberi melalui Ibadah Qurban, harus terus menjadi budaya seorang Muslim yang
tertanam dalam jiwa kita sesama manusia, karena pada kenyataannya, memberi adalah
mengeluarkan, namun pada hakikatnya memberi adalah menerima,
No comments:
Post a Comment