TauKahAnda

TaukahAnda bertujuan untuk menjangkau informasi yang anda butuhkan dalam segala aspek pengetahuan

Sponsor

Tuesday, December 4, 2018

Khutbah Hari Raya Idul Adhha



Hadirin yang dirahmati oleh Allah…

            jika pada bulan Ramadhan Allah mensyariatkan kepada kita umat Muhammad untuk melaksanakan ibadah puasa dan zakat fitrah, maka pada bulan zhulhijjah. Allah mensyariatkan kepada kita ibadah haji dan ibadah qurban, kedua ibadah ini Allah perintahkan kepada kita, untuk mengenang perjuangan Nabi Ibrahim dan keluarganya dalam keteguhannya dan kesabarannya menjalankan perintah Allah Swt, namun demikian khatib pada hari yang berbahagia ini, tidak berbicara banyak tentang ibadah haji, akan tetapi khatib akan banyak menceritakan tentang ibadah qurban, karena ibadah ini, disamping salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah secara Individual, tapi juga penuh dengan nilai nilai sosial;

Hadirin yang dirahmati oleh Allah….

            Adapun judul khutbah aidul Adha pada hari yang berbahagia ini adalah

Membumikan ibadah qurban dalam kehidupan bermasyarakat

      Sejarah qurban;

Jika kita melihat ke dalam sejarah, maka kita akan menemukan peristiwa penyembelihan hewan kurban ini terjadi sejak zaman Nabi Adam As sampai Nabi Muhammad SAW, namun yang diceritakan dalam Al-quran hanya tiga kisah nabi yang berkaitan dengan qurban,  yaitu Nabi Adam A.s, Nabi Ibrahim As dan pada zaman Nabi Muhammad S.A.W. sedangkan nabi nabi yang lain hanya dapat kita temukan dalam riwayat riwayat Israiliyat, yang ke outentikan ceritanya sudah banyak diselewengkan oleh orang yahudi dan nasrani,

وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ ۚ وَجَاءَكَ فِي هَٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ

Dan semua kisah rasul-rasul, kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat (pelajaran)  dan peringatan bagi orang yang beriman. (QS Hûd : 120)

Pertama pada zaman Nabi Adam A.s.

kisah qurban ini dimulai ketika Allah, melarang Nabi Adam mengawinkan anak anaknya dengan saudara kembarnya, Allah melarang ketika itu menikahkan seorang perempuan kepada saudara laki-lakinya yang kembar. Maka Nabi Adam perintahkan anaknya yang bernama Qabil untuk menikah dengan saudara perempuan kembaran Habil, dan Habil menikah dengan saudara perempuan kembaran Qabil, akan tetapi perintah tersebut tidak di indahkan oleh Qabil, dia menolak untuk menikah dengan saudara perempuan Kembaran Habil, dan tetap mau menikah dengan saudara perempuannya sendiri, dengan alasan lebih cantik, atas kejadian itu Nabi Adam mengadu kepada Allah, Agar Allah memberi petunjuk terhadap permasalah yang menimpanya, maka melalui lisan Nabi Adam, Allah perintahkan kedua anaknya untuk berkurban, siapa yang diterima kurbannya, itulah yang menjadi suami bagi Iklima, saudara perempuan kembar Qabil.

Maka dilaksanakanlah Qurban oleh putra-putranya yaitu bernama Qabil dan Habil. Qabil adalah seorang petani, dia mengeluarkan kurbannya dari hasil pertaniannya, dia memilih buah-buahan yang jelek-jelek untuk diqurbankan kepada Allah, sedang Habil adalah seorang peternak, mengeluarkan hewan peliharaanya untuk berqurban, dipilihlah hewan yang gemuk dan sehat, dan dia taat terhadap petunjuk ayahnya Nabi Adam.

Ketika keduanya melaksanakan qurban, ternyata yang diterima Allah adalah qurban yang dikeluarkan oleh Habil, sementara buah-buahan yang dikeluarkan si Qabil tetap utuh, tidak berkurang. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 27 

واتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الآخَرِ قَالَ لأقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِين

 "Ceritakan kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka diterima dari salah seorang dari meraka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil), Ia berkata : "Aku pasti membunuhmu!" Berkata Habil " Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa".

Qurban Habil di terima Allah SWT karena dia mengeluarkan sebagian hartanya yang bagus dengan tulus dan ikhlas. Sementara Qabil mengeluarkan sebagian harta yang jelek dan terpaksa. Oleh karena kurban tidak diterima Allah. Akhirnya si Qabil menaruh dendam kepada si Habil. Berawal dari perebutan calon isterinya, dimana peraturan waktu itu dengan sistem kawin silang.

Kedua, pada zaman Nabi Ibrahim As.

Dalam kitab “Misykatul Anwar” disebutkan bahwa konon, Nabi Ibrahim adalah seorang pengembala hewan yang sangat kaya, memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta. Riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim mencapai 12.000 ekor ternak. Suatu jumlah yang menurut orang di zamannya adalah tergolong milliuner. pada suatu hari, Ibrahim ditanya oleh seseorang “milik siapa ternak sebanyak ini?” maka dijawabnya: “Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku, niscaya akan aku serahkan juga.”

Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan bahwa, pernyataan Nabi Ibrahim itulah yang kemudian dijadikan bahan ujian oleh Allah dalam menguji Iman dan Taqwa Nabi Ibrahim, singkat cerita setelah nabi Ibrahim menjenguk kembali istrinya yang bernama siti Hajar dan anaknya yang bernama Ismail, yang di tinggalkan di padang tandus lagi diberkati oleh Allah, yaitu Makkah Almukarramah, Nabi Ibrahim begitu senang ketika berjumpa kembali dengan keluarganya, beliau heran bukan kepalang, tanah yang tandus, kini berubah menjadi subur, dulu yang tidak ada penghuni, kini berubah menjadi ramai, Allah telah mengabulkan doa Nabi Ibrahim yang Allah Abadikan dalam Al-quran,

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tumbuhan di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.(QS.Ibrahim/37(

Namun kebahagian Nabi Ibrahim tidak berlangsung lama, setelah beberapa lama beliau menetap di Mekkah, Nabi Ibrahim mengalami mimpi yang sangat hebat, dalam mimpi tersebut, Nabi Ibrahim mendapatkan perintah dari Allah SWT untuk menyembelih putera kesayangannya ismail. Ismail merupakan putera semata wayang dari Nabi Ibrahim dari pernikahannya dengan istri yang keduanya yang bernama siti hajar, kegundahan Nabi Ibrahim begitu hebat, apakah mimpi itu benar dari Allah, atau bukan, dan yang lebih terkejut lagi, Nabi Ibrahim mengalami mimpi tersebut secara berturut-turut; 

Setelah nabi Ibrahim yakin dengan mimpinya, Nabi Ibrahim mencoba bertanya kepada anaknya Ismail tentang mimpi tersebut, percakapan ayah dan anak ini di abadikan oleh Allah dalam Al-quran Surah As-Shoffat 102;

قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya: Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS As-shaffat: 102).

Ketika keduanya siap untuk melaksanakan perintah Allah. Iblis datang menggoda sang ayah, sang ibu dan sang anak silih berganti. Akan tetapi Nabi Ibrahim, Siti hajar dan Nabi Ismail tidak tergoyah oleh bujuk rayuan iblis yang menggoda agar membatalkan niatnya. Bahkan Mereka melempar iblis dengan batu, Setelah sampai disuatu tempat, dalam keadaan tenang Ismail berkata kepada ayahnya : ”ayahda, ikatlah kaki dan tanganku, supaya aku tidak dapat bergerak leluasa, Hadapkan mukaku ke tanah, supaya tidak melihatnya, Lepaskan bajuku, agar tidak terkena darah yang nantinya menimbulkan kenangan yang menyedihkan. Asahlah tajam-tajam pisau ayahda, agar penyembelihan berjalan singkat, sebab sakaratul maut dahsyat sekali. Berikan bajuku kepada ibu untuk kenang-kenangan serta sampaikan salamku kepadanya supaya dia tetap sabar, agar saya dilindungi Allah SWT, Nabi Ibrohim menjawab ”baiklah anakku, semoga Allah swt akan menolongmu”. 

Setelah ismail, putra tercinta ditelentangkan diatas sebuah batu, dan pisaupun diletakkan diatas lehernya, Ibrahim pun menyembelih dengan menekan pisau itu kuat-kuat, namun apa hendak dikata pisau yang sangat tajam tersebut tidak mampu memotong leher Ismail ketika itu, 

Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah

Pada saat itu Allah SWT memerintahkan jibril untuk mengambil seekor kibasy dari surga sebagai gantinya. Allah telah meridhai ayah dan anak memasrahkan tawakkal mereka. Sebagai imbalan keikhlasan mereka, Allah mencukupkan dengan penyembelihan seekor kambing sebagai korban, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an surat As-Shaffat ayat 103-107; 

فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ - وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ - قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ - إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاء الْمُبِينُ - وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ 
 -
"Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang yang berbuat baik". Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar ".

Dan ketiga, dalam Zaman Nabi Muhammad SAW.

Pada masa Nabi Muhammad, qurban pun diperintahkan kembali di dalam surat Al-Kautsar: 1-3: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak, maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membencimu, dialah yang terputus (dari nikmat Allah)”. Surat Al-Kautsar ini lah yang kemudian dijadikan dasar hukum bagi umat Nabi Muhammad untuk berqurban bagi yang mampu.

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ ۗ فَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا ۗ وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ

Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, Maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)." (Al Hajj: 34);

Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah

Dari 3 kisah tersebut diatas, dapat kita pahami bahwa berqurban merupakan sebuah syiar yang sudah ada semenjak generasi manusia pertama yaitu nabi adam, selanjutnya aktivitas berqurban ini  juga menjadi amaliyah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Dan bahkan kemudian dikenal dari sinilah sumber syariat Qurban umat nabi Muhammad Shalallahu’alaihi Wasallam berasal. Sebagaimana beliau menerangkan ketika ditanya oleh salah seorang sahabat, “Wahai Rasulullah, apakah Qurban itu ?” beliau menjawab: “Qurban adalah sunahnya bapak kalian Nabi Ibrahim.” (HR. Ahmad);
       
         Kemudian syiar berkurban ini Allah serukan dalam Surat Al- Kautsar ayat 1 dan 2 yang kemudian menjadi dasar perintah Allah kepada Umat Nabi Muhammad agar melakukan ibadah qurban, Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena tuhan-Mu, dan berqurbanlah”.

Berqurban adalah salah satu tanda syukur kepada Allah SWT yang telah menganugerahkan rizki kepada kita. Dan salah satu bentuk rasa syukur tersebut adalah dengan mengeluarkan sedikit dari harta kita untuk menyembelih hewan dengan berqurban, dan dibagi bagikan kepada fakir miskin, dan orang orang di sekeliling kita,

Dalam sebuah Hadits yang di yang bersumber dari Aisyah, Rasulullah pernah bersabda :

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلاَفِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ اْلأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًارواه مسلم
 
Dari dari ‘Aisyah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada amalan yang dilakukan oleh anak Adam pada hari Nahr (Idul Adhha) yang lebih dicintai oleh Allah selain dari pada mengucurkan darah (hewan kurban). Karena sesungguhnya ia (hewan kurban) akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, bulu, dan kukunya. Dan sungguh, darah tersebut akan sampai kepada (ridha) Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi, maka bersihkanlah jiwa kalian dengan berkurban.” (HR. Turmudzi);
           
          Maka sudah sepatutnyalah kita berlomba lomba dalam kebaikan, untuk berqurban di hari aidul Adha ini, apalagi berqurban ini hanya ada diwaktu khusus, yaitu pada tanggal 10 Dzuhijjah sesudah Shalat ‘dul Adha, batas akhir sampai terbenamnya matahari pada tanggal 13 Dzulhijjah. Dan ini menunjukkan akan keuatamaan dari ibadah itu sendiri, 
        
       Dalam sebuah ungkapan lain, Rasulullah menegur mereka mereka yang mampu, namun tidak mau berqurban,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَنَارواه ابن ماجه  

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa memiliki keluasaan (untuk berkorban) namun tidak berkorban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami.” (HR. Ibnu Majah);

Kalaulah harga rokok per/bungkus Rp. 12.000, yang di konsumsi setiap hari /1 bungkus, maka jika dikalikan 30 hari, anda akan menyimpan uang Rp. 360.000, maka jika di kali 12 bulan atau setahun, anda akan menyimpan uang sebesar 4.320.000,- jika harga kambing /ekor 2.000.000,- berarti kita telah bisa berkurban 2 ekor kambing pada tahun tersebut, wahai saudaraku, masihkan kita mengatakan bahwa kita belum mampu untuk berkurban, masihkan kita tidak peduli dengan qurban karena hukumnya sunnah Muakkadah, apakah kita akan menunggu kaya raya, baru berqurban, hanya kita yang mengetahui jawabnnya masing masing,

Kalaulah kita tidak mampu berqurban setahun 1 kali, maka niatkan pada diri kita untuk berqurban 2 tahun 1 kali, kalau juga tidak mampu, maka niatkan 5 tahun 1 kali, kalau juga tidak mampu maka berniatlah seumur hidup sekali, kalau juga tidak mampu, maka kata penyanyi dangdut H. Roma Irama, terlalu…..

Hadirin yang di rahmati oleh Allah,

Mari kita bumikan ibadah qurban, kita galakkan masyarakat kita, anak anak kita agar mereka merindukan ibadah qurban, sebagaimana masyarakat kita merindukan ibadah haji, merindukan umrah, karena ibadah qurban juga termasuk dari mensyiarkan agama Allah swt, 

وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهَا صَوَافَّ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ كَذَلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
 
Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi'ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur. (QS. Al Hajj 36).     

Allah SWT memerintahkan kepada umat Islam untuk mengagungkan syi’ar-syi’ar agama Allah. Dia SWT berfirman:

ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوب

Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.

            Sebelum saya tutup, khutbah ini, khatib ingin menceritakan sebuah hadits yang menceritakn interaksi antara Siti Aisyah R.A, dengan Rasulullah ketika melakukan qurban, 

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهُمْ ذَبَحُوا شَاةً فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا بَقِيَ مِنْهَا قَالَتْ مَا بَقِيَ مِنْهَا إِلَّا كَتِفُهَا قَالَ بَقِيَ كُلُّهَا غَيْرَ كَتِفِهَا

Suatu hari Rasulullah berqurban dengan para shahabatnya, dan setelah qurban selesai, Rasulullah menyuruh Aisyah untuk membagi bagikan daging qurban milik Rasulullah kepada fakir miskin yang ada disekitaran kota Madinah, setelah selesai Aisyah melaksanakan tugasnya, rasulullah bertanya kepada Aiysah, بَقِيَ مِنْهَا مَا apakah tidak ada yang engkau sisakan wahai Aisyah, kemudian Aisyah menjawab  كَتِفُهَا  إِلَّا  مِنْهَا  بَقِيَ مَا wahai Rasulullah, tidak ada yang sisa, semua telah kubagikan kecuali yang tinggal adalah bahunya, kemudian rasulullah mengatakan kepada Aisyah, كَتِفِهَا غَيْرَ كُلُّهَا بَقِيَ قَالَ semua yang telah engkau bagikan kepada fakir miskin dan tetangga tetangga kita, itulah yang tinggal untuk kita wahai Aisyah, adapun bagian bahu yang sisa tersebut untuk kita, itulah yang akan lenyap bersama kita;



Hadirin yang dirahmati Allah;

Ibadah Qurban kelihatannya kurang mendapat perhatian dan kurang kita sadari, maka perlu kita renungkan dan kita hayati secara lebih dalam lagi, sehingga perasaan saling membagi dan memberi melalui Ibadah Qurban, harus terus menjadi budaya seorang Muslim yang tertanam dalam jiwa kita sesama manusia, karena pada kenyataannya, memberi adalah mengeluarkan, namun pada hakikatnya memberi adalah menerima,





No comments:

Sponsor