TauKahAnda

TaukahAnda bertujuan untuk menjangkau informasi yang anda butuhkan dalam segala aspek pengetahuan

Sponsor

Saturday, December 1, 2018

Aliran-Aliran Yang Pernah Ada Dalam Pemikiran Dan Sebab Kemunculannya



Diantara aliran-aliran yang muncul dalam pemikiran ialah :

1-      Khawarij :

Pada awalnya pengikut Ali bin Abi Thalib bersatu, namun karena terjadinya Tahkim antara Muawiyah dan Ali menyebabkan sebagian pendukung Ali tidak setuju dengan hasil tahkim tersebut yang menyebabkan Ali harus berhenti dari kekuasaannya, sehingga sebagian dari pengikut Ali keluar dari barisan Ali dan membuat kelompok sendiri yang bernama Khawarij.

Semuanya bermula dari peperangan antara Ali dan Muawiyah. Pada saat kemenangan hampir diraih pasukan Ali maka Amir bin Ash dari kelompok Muawiyah memerintahkan salah seorang pasukannya untuk mengangkat al Quran di atas ujung tombak sebagai tanda minta bertahqim kepada al Quran melihat gelagat yang tanpa di duga itu merasa ragu, khawatir itu semua sekedar muslihat, maka Ali pun menyuruh tentaranya untuk terus bertemour maka ketika itu sebagian tentaranya menentang, kebanyakan mereka menghendaki diadakan perdamaian dan menerima ajakan Muawiyah. Akibat dari desakan tentaranya Ali terpaksa menerima tahkim dan menyuruh komandannya al Anshar an Naka’I menghentikan pertempuran.[1]

Anehnya setelah Ali setuju, lascar Ali yang semula mendesak untuk bertahkim yang rencanya dilaksanakan bulan Ramadhan tahun 37 H, berbalik sikap dan mereka mendesak Ali agar jangan mau melaksanakan tahkim dan lebih dari itu mereka menuntut agar ali mengaku telah kafir karena kesalahannya mau bertahkim, tentu saja semua ini jelas ditolak oleh Ali. Pada saat tentara Muawiyah mundur ke Syam dan pasukan Ali mundur ke kufah, kelompok Ali yang mendesak jangan bertahkim tersebut memisahkan diri dan pergi ke Harura dan tidak lagi bergabung dibawah pimpinan Ali. Maka mengangkat Abdullah Ibnu Wahab Al Rasyidi sebagai imam mereka.[2] 

Inilah faktor terbentuknya kelompok khawarij, sehingga kelompok Khawarij dicap sebagai kelompok pembangkang yang tidak setia kepada Ali, namun mereka cerdik dalam memainkan penggunaan kata, sehingga penamaan kalimat (Khawarij) mereka kaitkan dengan Ayat Al Quran yang memberikan makna baik terhadap kalimat (Khawarij) tersebut :
100. Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang Luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), Maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


2-      Syiah :

Dari bentuk kosa katanya, kata Syiah menurut bahasa adalah pendukung atau pembela. Syiah Ali adalah pendukung atau pembela Ali, Syiah Muawiyah adalah pendukung Muawiyah. Namun setelah peperangan antara Ali dan Muawiyah, kata Syiah ini lebih condong kepada pengikut Ali sebagai pembeda antara kelompok yang keluar dari barisan Ali (Khawarij) dan yang mendukung Ali sampai akhir hayatnya (Syiah).

Dalam bukunya Imam Muhammad Abu Zahrah dikatakan : biang keladi timbulnya Syiah adalah seorang Yahudi dari Yaman, bernama Abdullah bin Saba’. Ia masuk Islam pada zaman khalifah ketiga Usman bin Affan, ia berkeinginan untuk mendapat kepercayaan dan kedudukan istimewa dalam pemerintahan Usman, tetapi hal itu tidak terlaksana.[3] 

Sedangkan pendapat yang menyatakan bahwa paham Syiah adalah buatan Yahudi, mendapat pertentangan dari pemikir Islam yang lain, terutama dari kalangan Syiah. Quraish Shihab dengan jelas menyebutkan bahwa pendapat yang menyatakan Syiah adalah buatan (rekayasa) yahudi adalah tidak logis, menurut Shihab, yahudi tidak mungkin dapat mempengaruhi sahaba-sahabat Nabi SAW, Shihab menilai bahwa tokoh Abdullah bin Saba’ sama sekali tidak pernah ada, ia adalah tokoh fiktif yang sengaja diciptakan oleh kelompok yang anti Syiah.[4]

Dalam hal sejarah lahirnya kelompok Syiah ini memang memiliki kontroversial dikalangan para sejarawan, semuanya akibat nas hadis yang dikatakan Rasulullah dalam perjamuan makan yang dihadiri oleh 40 orang sanak keluarganya “ inilah dia (Ali) saudaraku, penerima wasiatku dan khalifahku untuk kalian, oleh karena itu dengar dan taati”.[5]

3-      Murjiah

Terjadinya perpecahan di kalangan kelompok Ali, yang menyebabkan keluarnya sebagian kelompoknya dan membangun kelompok sendiri, ternyata tidak hanya menyebabkan masalah dalam ranah perpolitikan saja. Namun lebih dari itu, pergolakan politik membawa kelompok khawarij lebih ektrim lagi khususnya di bidang teologi. Mereka beranggapan bahwa penyelesaian yang diambil oleh Ali dan Muawiyah beserta juru runding keduanya  dianggap telah kafir karena mereka tidak mengikuti apa yang diturunkan Allah SWT, tetapi malah mengambil keputusan dengan mengikuti adat zaman jahiliah yaitu Tahkim. Maka barangsiapa yang tidak mengikuti kelompok Khawarij dia dianggap kafir dan murtad.

Maka dari sinilah muncul kelompok Murjiah yang berlandaskan bahwa urusan pertikaian ini ditangguhkan kepada Allah saja. Ini cocok seperti penamaan nama kelompok ini, yaitu kaum Murji’ah yang berarti tangguhan.

Kalau ditanya bagaimana pendapat mereka tentang Muawiyah dan anaknya Yazid, mereka menjawab : kita tangguhkan persoalannya sampai dihadapan Tuhan dan di situ kita lihat mana yang benar. Kalau ditanya bagaimana pendapatnya tentang sikap kaum Khawarij yang lancing dan kaum Syiah, maka mereka menjawab : baik kita tangguhkan saja sampai dihadapan Tuhan dan kita lihat nanti bagaimana Tuhan menghukum atau memberi pahala pada mereka. Kalau ditanya mana yang benar antara Sayyidina Usman bin Affan dan penentang-penentangnya, maka mereka menjawab : lihat saja nanti di muka Tuhan.[6]

Para sahabat yang berpendirian seperti ini mereka berpegang teguh kepada nasehat Rasulullah SAW :

“ Diriwayatkan Abu Bakrah, bahwasanya Rasuluah Bersabda : aka nada fitnah (kekacauan), maka orang yang duduk lebih baik dari pada orang yang berjalan, orang yang berjalan lebih baik dari orang yang ikut berusaha enghidupkan fitnah itu. Ketahuilah (kata Nabi) apabila terjadi fitnah itu maka yang punya onta kembalilah kepada onta-ontanya, orang yang punya kambing kembalilah kepada kambingnya, orang yang punya tanah kembalilah kepada tanahnya, seseorang bertanya : Ya Rasulullah, kalau ia tak punya onta, kambing dan tanah bagaimana ? nabi menjawab : ambillah pedangnya pecahkan dengan batu mata pedangnya itu dan kemudian carilah jalan lepas mungkin.

4-      Mu’tazilah

Untuk mengetahu asal usul nama Mu’tazilah itu dengan sebenarnya memang sulit, berbagai pendapat yang diajukan ahli-ahli tetapi belum ada kata kesepakatan antara mereka, yang jelas ialah bahwa nama Mu’tazilah sebagai designatie bagi aliran teologi rasional dan liberal  dalam Islam timbul sesudah peristiwa Wasil dengan Hasan Al Bashri di Basrah dan lama sebelum kejadian tersebut telah terdapat kata I’tazala, al Mu’tzilah. Tetapi apa hubungan yang terdapat antara mu’tazilah pertama dan kedua, fakta-fakta yang ada belum dapat memberi kepastian selanjutnya siapa yang sebenarnya memberi nama mu’tazilah kepada Wasil[7] dan pengikut-pengikutnya tidak pula jelas, ada yang mengatakan golongan lawanan yang memberi nama itu kepada mereka, tetapi kalau kita kembali ke ucapan-ucapan mu’tazilah itu sendiri akan kita jumpa di sana keterangan-keterangan yang dapat memberi kesimpulan bahwa mereka sendirilah yang memberi nama itu kepada golongan mereka atau mereka setuju dengan nama itu.[8]

Mu’tazilah adalah satu macam lagi diantara gerakan-gerakan yang timbul pada masa kekuasaan Daulah Umaiyah. Gerakan ini mempunyai watak yang berbeda dari gerakan-gerakan yang telah kita bicarakan sebelumnya. Dia adalah gerakan keagamaan semata-mata, tidak pernah membentuk pasukan dan tidak pernah menghunus pedang. Riwayat-riwayat yang menyebutkan tentang ikut-serta beberapa orang pemimpin kaum Mu’tazilah, seperti Amru Ibnu Ubaid daam serangan yang dilancarkan oleh Yazid, Ibn Walid dan yang menyebabkan gugurnya al Walid Ibn Yazid, tidaklah menyebakan Mu’tazilah ini menjadi suatu golongan yang mempunyai dasar-dasar kemiliteran, sebab pemberontakan terhadap al Walid itu bukanlah pemberontakan yang berakar panjang yang berhubungan dengan kepribadian dan moral khalifah.

5-      Qadariyah

Qadariah lahir pada akhir masa sahabat, ketika muncul pembimcaraan tentang takdir yang mengarah kepada terbentuknya dua kelompok utama. Pertama, Qadariah Nufat, mereka yang mengingkari takdir dan terkenal di kemudian hari dengan sebutan Qadariah atau Mu’tazilah. Kedua, Qadariah Mujbirah, yang mengingkari adanya kudrat manusia, kemudian lebih dikenal dengan nama Jahmiyah.[9]

Kemudian masing-masing kelompok itu menisbatkan paham yang bid’ah sekalipun kedua kelompok ini telah sepakat terhadap prinsip prinsip penolakan sifat-sifat Allah, sebagian atau seluruhnya. Pada akhir masa sahabat muncullah Qadariah. Akar Qadariah bersumber dari ketidakmampuan akal mereka dalam mengimani Qadar Allah, perintah dan larangan-Nya, janji dan ancaman-Nya, serta mereka mengira bahwa hal-hal seperti itu dilarang untuk dipikirkan. Mereka telah beriman kepada agama Allah, perintah dan larangan-Nya, janji dan ancaman-Nya, maka jika demikian, menurut mereka tidaklah dapat diketahui siapa diantara manusia yang taat dan yang menentang sebelum datangnya perintah.

Kemudian timbul Qadariah di akhir masa sahabat. Pada saat itu khawarij berbicara soal hukum Allah (hukum syar’i) seperti perintah dan larangan-Nya, janji dan ancaman-Nya, dan hukum bagi yang setuju serta yang menentangnya. Juga persoalan siapa yang pantas menjadi mukmin dan kafir. Hal ini merupakan masalah peristilahan dan hukum, sehingga mereka dinamakan Muhakkimah karena melibatkan diri dalam pembicaraan hukum secara batil.

6-      Jabariyah

Secara bahasa jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti memaksa. Di dalam Al Munjid, dijelaskan bahwa nama jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa dan mengharuskannya melakukan sesuatu.

Paham jabariyah pertama sekali diperkenalkan oleh Ja’d bin Dirham kemudian disebarkan oleh Jahm bin Shafwan dari khurasan. Dalam perkembangan selanjutnya pafam al jabar juga dikembangkan oleh tokoh lainnya al Husain bin Muhammad an Najjar dan Ja’d bin Dirrar.

Munculnya aliran ini juga disebabkan oleh teologi yang membahas tentang perbuatan manusia, sehingga kelompok ini pun mengatakan bahwa manusia tidak mempunyai kekuatan sedikitpun, semuanya bersumber dari Allah SWT, manusia bagaikan kapas yang diterbangkan angin, kemana angin mengarahkan, kesanalah kapas akan pergi.

7-      Aliran-Aliran Pemikiran di Indonesia :

a.       Aliran Ingkar Sunnah[10]

Paham sesat ini muncul diIndonesia sekitar tahun 1980-an. Mereka menamakan pengajian yang mereka adakan dengan sebutan keolompok Qur’ani. Pengajian mereka cukup ramai dimana-mana di Jakarta. Di manapun pengajian itu mereka adakan, jamaahnya tinggal naik mobil antar-jemput. Beberapa masjid di Jakarta mereka kuasai. Di antaranya masjid asy Syifa di rumah sakit pusat CIpto Mangunkusumo, Jakarta (rumah sakit pusat di Indonesia). Rumah sakit tersebut menyatu dengan Universitas Indonesia serta sempat praktik Fakultas Kefokteran Uiversitas Indonesia. Pengajian tersebut dipinpin oleh Hajid Abdurrahman Pedurenan Kuningan Jakarta.

b.      Aliran Pembaru Isa Bugis[11]

Isa BUgis lahir tahun 1926, di kota Bhakti Aceh Pidie. Sekarang ia tinggal di daerah Kayu Manis Jakarta TImur.

Isa bugis ingin mnerjemahkan dan menganalisa agama Islam berdasarkan teori pertentangan antara dua hal. Seperti ideology komunis dengan kapitalis, antara nur dan zhulumat.

Ia berusaha untuk mengilmiahkan agama dan kekuasaan Tuhan dan akan menolak semua hal-hal yang tidak bisa diilmiahkan atau tidak bisa diterima oleh akal. Oleh karena itu ajaran Isa Bugis ini banyak diikuti oleh para intelek yang cenderung lebih menggunakan akal dan pikiran.

Diantara ajaran pokok mereka :
1.      Air zam zam di Makkah adalah air bekas bangkai orang Arab.
2.      Nabi Ibrahim menyembelih Ismail adalah dongeng
3.      Ka’bah adalah kubus berhala yang dikunjungi oleh turis setiap tahun
4.      Al quran bukan bahasa Arab, sehingga untuk memahami al Quran tidak mesti harus belajar bahasa Arab dan mengerti bahasa Arab.
5.      Dll.

c.       Darul Arqam[12]

Gerakan Darul Arqam yang berasal dari Malaysia dan pernah menghebohkan negeri itu serta telarang disana sejak tanggal 15 Agustus 1994, dan di Indonesia juga sempat heboh namun di Indonesia aliran ini berganti nama dengan (Hawariyun)

Gerakan sesat Darul Arqam ini mempunyai dana yang kuat. Mereka sebelum dilarang sudah mampu membikin beberapa pabrik di Malaysia.

d.      Lembaga Kerasulan[13]

Gerakan lembaga kerasulan ini banyak juga berkembang di Indonesia terutama di kota-kota besar. Anggota gerakan lembaga kerasulan ini mempunyai disiplin yang tinggi. Mereka mengaji biasanya tengah malam. Paling cepat pengajiannya dimulai jam 11 malam, dikala orang lain sudah tidur.

Gerakan ini ingin mendirikan Negara Islam Indonesia versi mereka, tokohnya : Aceng Syaifuddin

e.       Aliran Ahmadiyah[14]

Gerakan Ahmadiyah didirikan oleh Mirza Ghulam (1835-1906 M) Ahmad di India.

Ahmadiyah masuk di Indonesia tahun 1935 mempunyai sekitar 200 cabang, terutama Jakarta, Jawa Barat, Jawa tengah dll.

Dll.



[1] TM. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pngantar Ilmu Tauhid/ Ilmu Kalam, bulan Bintang, Jakarta, 1992. H 169
[2] Harun Nasution, Theologi Islam, Sejarah Analisa dan Perbandingan, UI Press, Jakarta, 1991, H, 23
[3] Imam Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam, Logos, Jakarta, 1996, H. 34
[4]  M. Qurai Shihab, Sunnah-Sunnah Bergandengan Tangan! Mungkinkah : Kajian atas Konsep Ajaran dan Pemikiran, Lentera Hati, Tangerang, 2007,H. 65
[5] Namun penulis belum mendapatkan sumber yang konkrit terhadap hadis ini.
[6] Sirajuddin Abbas, I’tiqad Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Pustaka Tarbiyah, Jakarta, Cet ke 10, 1984, H 166-167
[7] Namun secara global, pemberian nama Mu’tazilah ini lebih masyhur dalam ahli sejarah diberikan oleh Wasil IBn Ata’ dan ada pula yang mengatakan yang memberikan nama tersebut ialah Al Masu’di.
[8] Harun Nasution, teologi Rasional Mu’tazilah, UI-Press, Bambang Bioso, Jakarta, 1987, H. 13
[9] Muhammad Abdul Hadi,  Manhaj dan Aqidah Ahlussunnah wal Jamaa, Gema Insani Press, Jakarta, 1994, H. 183
[10] Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Paham Sesat di Indonesia, Pustaka al Kautsar,Jakarta, 2002, H.29
[11] Ibid, H. 38
[12] Ibid.H. 41
[13] Ibid.H. 43
[14] Ibid.H. 56

No comments:

Sponsor