SIRAH NABAWIYAH ( 13 B )
Syaikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury
Sumber : Kitab Ar-Rahiqul Makhtum
FAKTOR
KESABARAN DAN KETEGARAN KAUM MUSLIMIN
Pada bagian yang
lalu (13-a) telah
disebutkan empat faktor
dan sebab dari
ketabahan dan ketegaran kaum
Muslimin. Pada bagian
kali ini kita
akan melanjutkan faktor
dan sebab selanjutnya:
1. al -Qur’an
Pada rentang waktu
yang amat kritis
dan sulit ini, turunlah surat-surat dan ayat-ayat Allah guna memberikan hujjah dan bukti atas kebenaran risalah Islam dan prinsip-prinsipnya
dimana dakwah berada
pada porosnya. Al-Qur’an tampil dengan gaya bahasa yang
valid dan indah, mengarahkan kaum Muslimin kepada
pondasi-pondasi yang kelak
atas qadar Allah terbentuk komunitas manusia yang
paling agung dan mempesona di muka bumi
ini, yaitu masyarakat Islam. Surat-surat dan ayat-ayat tersebut juga
amat membangkitkan sensitifitas dan ego kaum Muslimin untuk bersabar dan pantang menyerah, menguraikan sikap tersebut dengan
bahasa permisalan dan menjelaskan kepada
mereka apa hikmah
di balik itu. Allah
berfirman (artinya) :
“Apakah manusia
itu mengira bahwa
mereka dibiarkan (saja)
mengatakan:’Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?,[2]. Dan
sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya
Allah mengetahui orang-orang yang benar
dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang
dusta”. [3]. (Q,.s.al-‘Ankabût/ 29: 2 -3).
Ayat-ayat tersebut juga mementahkan
argumentasi-argumentasi kaum Kafir dan
para pembangkang dengan bantahan yang membuat mereka
mati kutu sehingga tidak memiliki trik lain untuk mengelak. Ayat-ayat tersebut sekali
waktu juga memperingatkan mereka akan akibat yang
fatal dari kengototan mereka di dalam
pembangkangan dan kesesatan dengan pemaparan yang jelas
dan transparan, berpedoman kepada Hari-Hari Allah
dan peristiwa historis yang
menunjukkan adanya sunnatullah terhadap para wali
dan musuh- Nya. Sekali waktu pula, menyapa mereka secara ramah,
memfungsikan gaya bahasa dengan
pertanyaan, petunjuk dan pengarahan sehingga dengan itu mereka mau berpaling dari kesesatan nyata yang tengah
mereka lakukan.
Al-Qur’an juga membimbing kaum Muslimin menuju
alam lain, memperlihatkan mereka hal yang membuat hati mereka bergetar; pemandangan alam
semesta, keindahan rububiyah,
kesempurnaan uluhiyyah, jejak-jejak rahmat dan kasih sayang serta keridlaan- Nya.
Di balik lipatan
ayat-ayat tersebut terdapat pesan-pesan untuk
kaum Muslimin. Disana, Rabb memberitakan kabar gembira
buat mereka berupa
rahmat dan keridlaan-Nya serta surga yang telah
disiapkan buat mereka,
di dalamnya mereka
mendapatkan kenikmatan abadi. Ayat-ayat tersebut juga memberikan
gambaran kepada mereka tentang bagaimana
musuh-musuh mereka; kaum kafir
dan para Thaghut yang zhalim dihukumi dan diinterogasi lalu wajah mereka dijerembabkan ke api
neraka sehingga mereka merasakan betapa pedihnya neraka Saqar.
2. Berita -Berita Gembira tentang
Kemenangan
Meskipun kaum Muslimin
mengetahui akan berita-berita gembira ini, namun
mereka juga mengetahui sejak
pertama kali mengalami perlakukan kasar dan penindasan –bahkan sebelum itu- bahwa masuk Islam bukan berarti
tersingkirnya semua musibah dan kematian tersebut tetapi sejak awal lahirnya,
dakwah Islamiyah bertujuan untuk mengakhiri dunia Jahiliyyah dan sistemnya yang zhalim.
Mereka juga mengetahui bahwa buah dari
hal itu di dunia ini adalah terbentangnya kekuasaan diatas muka
bumi dan penguasaan
terhadap kondisi politis
di seluruh alam
yang dapat menggiring umat manusia dan komunitas manusia secara keseluruhan ke dalam keridlaan Allah dan mengeluarkan mereka dari penyembahan terhadap hamba kepada
penyembahan terhadap Allah semata.
Sesekali al-Qur’an turun
dengan berita-berita gembira
ini secara lantang
dan terkadang berupa kinayah (sindiran). Maka, di dalam
rentang waktu yang
amat kritis seperti
ini dimana bumi
dirasakan sempit oleh
kaum Muslimin, mencekik mereka bahkan seakan ingin mengakhiri kehidupan mereka;
turunlah ayat-ayat tersebut sebagaimana yang dulu terjadi diantara para Nabi
dan kaum mereka
berupa pendustaan dan pengingkaran. Ayat- ayat tersebut berisi hal yang
menyinggung kondisi-kondisi yang persis sama dengan kondisi-kondisi
kaum Muslimin di Mekkah dan orang-orang kafir
disana. Ayat-ayat tersebut kemudian menyinggung peralihan
kondisi berupa kebinasaan kaum kafir dan orang-orang yang zhalim
dan kesuksesan hamba-hamba Allah di dalam
mewarisi kekuasaan di
muka bumi dan seluruh negeri. Di dalam kisah-kisah ini terdapat isyarat yang jelas
akan kegagalan penduduk Mekkah nantinya dan kesuksesan kaum
Muslimin dan dakwah
islamiyah yang mereka
bawa.
Di dalam tenggang waktu tersebut, turunlah beberapa
ayat yang secara terang-terangan memberitakan kabar gembira, berupa kemenangan kaum Mukminin sebagaimana di
dalam beberapa firman-Nya
berikut:
1. Firman-Nya (artinya):
“Dan sesungguhnya telah
tetap janji Kami
kepada hamba -hamba
Kami yang menjadi rasul, [171]. (yaitu)
sesungguhnya mereka itulah
yang pasti mendapat
pertolongan,[172]. Dan sesungguhnya tentara
Kami itulah yang
pasti menang,[173]. Maka
berpalinglah kam u (Muhammad) dari mereka sampai suatu
ketika,[174]. Dan lihatlah mereka, maka kelak mereka akan melihat (azab
itu),[175]. Maka apakah
mereka meminta supaya
siksa Kami disegerakan,[176]. Maka apabila siksaan itu
turun di halaman mereka, maka amat buruklah pagi hari yang
dialami oleh orang-orang yang diperingatkan itu”.[177] (Q,.s.ash-Shaffât/ 37: 171 -177)
2. Firman-Nya (artinya):
Golongan itu pasti
akan dikalahkan dan
mereka akan mundur
ke belakang. (Q,.s.al- Qamar/ 54:45)
3.
Firman-Nya: (artinya):
Suatu tentara yang besar yang berada di sana dari
golongan-golongan yang berserikat, pasti akan dikalahkan. (Q,.s.Shâd/ 38:11)
4. Firman-Nya yang turun
terhadap orang-orang yang
berhijrah ke Habasyah
(artinya):
Dan orang-orang yang
berhijrah karena Allah
sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus
kepada mereka di dunia.Dan sesungguhnya pahala di akhirat
adalah lebih besar,
kalau mereka mengetahui, (Q,.s.an-Nahl/ 16:41)
5.
Firman-Nya tatkala mereka
bertanya kepada beliau
tentang kisah Nabi Yusuf 'alaihissalâm (artinya):
Sesungguhnya ada beberapa
tanda-tanda kekuasaan Allah pada (kisah)
Yusuf dan saudara- saudaranya bagi orang-orang yang bertanya. (Q,.s.Yûsûf/ 12:7)
Yakni penduduk Mekkah yang
bertanya tersebut akan mengalami kegagalan sebagaimana yang pernah dialami oleh saudara-saudara Yusuf dan mereka
akan menyerah sebagaimana mereka menyerah.
6. Firman-Nya tatkala mengingatkan para Rasul (artinya):
Orang-orang kafir berkata
kepada rasul-rasul mereka:"Kami sungguh-sungguh akan
mengusir kamu dari
negeri kami atau
kamu kembali kepada
agama kami".Maka Rabb mewahyukan kepada mereka:"Kami pasti akan
membinasakan orang-orang yang zalim itu,[13]. dan Kami pasti akan menempatkan kamu dinegeri-negeri itu sesudah
mereka.Yang demikian itu (adalah untuk)
orang-orang yang takut
(akan menghadap) kehadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku,
[14]". (Q,.s.Ibrâhim/ 14:14)
Ketika perang berkecamuk antara bangsa Persia
dan Romawi; kaum
Kafir lebih senang bila bangsa Persia yang menang karena mereka
memiliki kesamaan sifat, yaitu perbuatan syirik, sedangkan kaum Muslimin lebih cenderung bila kemenangan berada di
pihak bangsa Romawi karena
memiliki kesamaan sifat, yaitu beriman kepada Allah, para Rasul, wahyu, kitab-kitab dan Hari Akhir.
Kemenangan memang berada
di pihak bangsa
Persia, lalu Allah
menurunkan ayat yang memberitakan kabar gembira bahwa bangsa Romawi akan
mengalami kemenangan dalam beberapa tahun
kemudian (dan hal ini memang
terjadi-red). Tidak sebatas
itu saja, ayat tersebut menyebutkan kabar gembira
yang lain secara
terang-terangan, yaitu Allah
akan menolong kaum Mukminin di dalam firman-Nya (artinya): “dan pada
hari itu, kaum Mukminin bergembira dengan pertolongan Allah”. (Q,.s.ar-Rûm/ 30: 4 -5)
Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam sendiri sering menyampaikan kabar gembira seperti ini di sela
waktu-waktu tertentu ; di saat datang musim
haji dan berada
di tengah orang-
orang di pasar
‘Ukâzh, Majinnah dan Dzi al-Majâz
untuk menyampaikan risalah
dakwah, beliau tidak hanya
memberitakan kabar gembira
tentang surga saja,
tetapi secara lantang berkata kepada mereka: “wahai manusia! Ucapkanlah
‘Lâ ilâha illallâh’ niscaya kalian akan beruntung, menguasai bangsa Arab dan
menundukkan orang-orang asing;jika kalian mati, maka kalian akan
menjadi raja di surga”. (Hadits ini disebutkan oleh Ibnu Sa’d:
I/ 216)
Kami telah memaparkan sebelumnya jawaban Nabi
Shallallâhu 'alaihi wasallam
kepada ‘Utbah bin Rabî’ah berupa keinginannya untuk menegosiasi beliau
dengan gemerlap duniawi, serta
apa yang dipahami dan diharapankan olehnya terkait dengan kemenangan yang akan dicapai
oleh Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam.
Demikian pula, tentang jawaban Nabi Shallallâhu
'alaihi wasallam terhadap delegasi terakhir yang mendatangi Abu Thalib. Ketika
itu beliau secara
teru s terang meminta kepada mereka satu rangkaian kata saja yang apabila mereka memberikannya, maka semua
bangsa Arab akan tunduk kepada mereka dan mereka dapat menguasai orang-orang asing.
Khabbab bin al-Aratt berkata: “Aku mendatangi Nabi Shallallâhu 'alaih i
wasallam saat beliau tidur dengan
berbaring di atas
burdahnya dan berteduh di bawah naungan
Ka’bah. Kami juga saat
itu telah mengalami penyiksaan berat dari
kaum Musyrikun. Lantas
aku berkata: ‘tidakkah engkau berdoa kepada Allah!’ (agar menolong para
shahabat-red). mendengar ucapan
ini, beliau langsung duduk sedangkan raut wajahnya tampak memerah sembari
berkata: ‘sungguh, orang-orang sebelum kalian pernah
diseset dengan sesetan besi panas yang menusuk
daging hingga mengenai
tulang belulang dan
urat. Akan tetapi hal itu semua tidak
membuat mereka bergeming sedikitpun dari dien
mereka. Sungguh
Allah akan menyempurnakan urusan agama ini
hingga seorang pejalan
kaki berjalan dari Shan’â ke Hadlramaut tidak
ada yang ditakutkannya selain Allah Ta’ala.
Dalam pen jelasan periwayat hadits disebutkan : “…dan tidak juga dia
mengkhawatirkan kambingnya diterkam srigala”. Dan dalam riwayat
yang lain disebutkan tambahan: “…akan tetapi
kalian terburu-buru (ingin
cepat memetik hasil-red)”.
Kabar-kabar gembira tersebut tidak ditutup-tutupi
dan terselubung akan tetapi dipublikasikan secara
terbuka dan diketahui baik oleh orang-orang kafir maupun kaum Muslimin. Indikasinya, al-Aswad
bin al-Muththalib dan rekan-rekan mengobrolnya saling mengedip-ngedipkan mata diantara sesama mereka bila
melihat para shahabat Nabi Shallallâhu 'alaihi
wasallam melintasi mereka,
sembari berkata: “Raja -raja
bumi yang akan mewarisi kekisraan Persia dan kekaisaran Romawi
sudah datang kepada kalian”, kemudian mereka bersiul-siul dan bertepuk tangan.
Dengan adanya kabar-kabar gembira tentang masa depan
yang akan cemerlang di dunia diselai oleh pengharapan yang tulus dan sungguh-sungguh akan kemenangan menggapai surga sebagai hasil akhirnya
kelak, para shahabat memandang bahwa penindasan yang beraneka ragam dan silih berganti dari semua lini
tersebut serta musibah-musibah yang mengepung
mereka dari segala penjuru hanyalah sebagai ‘gumpalan awan musim panas yang dalam sekejap akan sirna’.
Demikianlah, Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam
senantiasa menyuguhkan santapan rohani kepada mereka
dengan rangsangan keimanan; menyucikan jiwa mereka
dengan mengajarkan al-Hikmah (hadits) dan al-Qur’an; mendidik mereka
dengan pendidikan yang detail
dan mendalam; mendorong jiwa mereka agar
menduduki keluhuran ruh, kemurnian hati, kebersihan budi
pekerti, keterbebasan dari pengaruh materilistik, pembendungan terhadap hawa nafsu serta
kembali kepada Rabb
bumi dan langit; mengasah bara di hati mereka; mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju nur; mengajak mereka bersabar terhadap semua
gangguan, memiliki sifat pema’af serta menundukkan jiwa. Dengan gamblengan semacam itu, mereka
menjadi bertambah kokoh di dalam agama, menjauhkan diri dari hawa
nafsu, siap mengorbankan jiwa di jalan
yang diridlai oleh-Nya,
merindukan surga, berkemauan kuat untuk menuntut ilmu dan memahami agama, mengintrospeksi jiwa dan menundukkan
sentimen-sentimen yang tumbuh,
mengalahkan perasaan-perasaan dan gejolak-gejolak jiwa serta selalu mengikat diri dengan kesabaran, kedamaian dan ketenangan.
LIHAT SAMBUNGAN SIRAH NABAWIYAH DI LINK DI BAWAH INI :
No comments:
Post a Comment