SIRAH NABAWIYAH ( 01 )
Syaikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury
Sumber : Kitab Ar-Rahiqul Makhtum
POSISI BANGSA ARAB DAN KAUMNYA
Pada hakikatnya istilah Sirah Nabawiyah merupakan
ungkapan tentang risalah yang dibawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wasallam
kepada manusia, untuk mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya, dari 'ibadah kepada hamba menuju
'ibadah kepada Allah. Dan tidak mungkin
bisa menghadirkan gambarannya yang amat menawan
secara pas dan mengena
kecuali setelah melakukan
perbandingan antara latar belakang risalah
ini (risalah Nabawiyyah)
dan pengaruhnya. Berangkat dari sinilah kami merasa perlu mengemukakan fasal yang berbicara tentang
kaum-kaum 'Arab dan perkembangannya
sebelum Islam, serta tentang
kondisi-kondisi saat Nabi Muhammad diutus.
Posisi Bangsa Arab
Menurut bahasa, 'Arab
artinya padang pasir,
tanah gundul dan gersang yang
tiada air dan tanamannya. Sebutan dengan istilah
ini sudah diberikan sejak dahulu kala
kepada jazirah Arab, sebagaimana sebutan yang diberikan
kepada suatu kaum yang disesuaikan dengan daerah tertentu, lalu
mereka menjadikannya sebagai
tempat tinggal.
Jazirah Arab dibatasi Laut Merah dan gurun Sinai
di sebelah barat,
di sebelah timur dibatasi teluk Arab dan sebagian besar negara Iraq bagian selatan, di sebelah selatan
dibatasi laut Arab yang bersambung dengan lautan India dan di sebelah utara
dibatasi negeri Syam dan
sebagian kecil dari negara Iraq, sekalipun mungkin ada sedikit perbedaan dalam penentuan batasan
ini. Luasnya membentang antara satu juta
mil kali satu
juta tiga ratus ribu
mil.
Jazirah Arab memiliki peranan yang sangat
besar karena letak
geografisnya. Sedangkan
dilihat dari kondisi internalnya, Jazirah Arab hanya dikelilingi gurun dan
pasir di segala sudutnya. Karena
kondisi seperti inilah
yang membuat jazirah
Arab seperti benteng pertahanan yang kokoh, yang tidak memperkenankan
bangsa asing untuk menjajah, mencaplok dan menguasai Bangsa
Arab. Oleh karena
itu kita bisa
melihat penduduk jazirah Arab yang hidup merdeka dan bebas dalam
segala urusan semenjak zaman dahulu.
Sekalipun begitu
mereka tetap hidup
berdampingan dengan dua imperium yang
besar saat itu, yang
serangannya tak mungkin
bisa dihadang andaikan tidak ada benteng
pertahanan yang kokoh
seperti itu.
Sedangkan hubungannya dengan
dunia luar, Jazirah
Arab terletak di benua yang sudah
dikenal semenjak dahulu
kala, yang mempertautkan daratan dan lautan.
Sebelah barat Laut merupakan pintu masuk ke benua Afrika,
sebelah timur laut merupakan kunci untuk masuk ke benua Eropa
dan sebelah timur
merupakan pintu masuk
bagi bangsa-bangsa non-Arab,
timur tengah dan timur dekat,
terus membentang ke India dan Cina. Setiap benua mempertemukan lautnya
dengan Jazirah Arab
dan setiap kapal
laut yang berlayar tentu akan bersandar di ujungnya.
Karena letak geografisnya seperti itu pula,
sebelah utara dan selatan dari jazirah Arab menjadi empat berlabuh berbagai
bangsa untuk saling
tukar-menukar perniagaan, peradaban, agama dan seni.
Kaum
-Kaum Arab
Ditilik dari silsilah
keturunan dan cikal-bakalnya, para sejarawan membagi
kaum-kaum Arab menjadi
tiga bagian, yaitu:
Arab Bâ-idah, yaitu
kaum-kaum Arab terdahulu yang sudah punah
dan tidak mungkin sejarahnya bisa dilacak secara
rinci dan komplit, seperti 'Ad, Tsamud,
Thasm, Judais, 'Imlaq dan
lain-lainnya.
Arab 'ÂAribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal
dari keturunan Ya'rib
bin Yasyjub bin Qahthan, atau disebut pula Arab Qahthaniyah.
Arab Musta'ribah. yaitu
kaum-kaum Arab yang
berasal dari keturunan Isma'il, yang disebut pula Arab 'Adnaniyah.
Tempat kelahiran Arab 'ÂAribah atau kaum Qahthan
adalah negeri Yaman, lalu berkembang
menjadi beberapa kabilah dan suku, yang terkenal adalah dua kabilah:
Kabilah Himyar, yang
terdiri dari beberapa suku terkenal, yaitu
Zaid Al-Jumhur, Qudhâ'ah dan Sakâsik.
Kahlân, yang terdiri dari beberapa suku terkenal
yaitu Hamadan, Anmar, Thayyi', Madzhaj, Kindah,
Lakham, Judzam, Azd,
Aus, Khazraj, anak keturunan Jafnah
raja Syam dan lain-lainnya. Suku-suku Kahlân banyak
yang hijrah meninggalkan Yaman, lalu menyebar ke berbagai penjuru Jazirah
menjelang terjadinya banjir besar saat mereka mengalami kegagalan dalam perdagangan. Hal ini sebagai
akibat dari tekanan
Bangsa Romawi dan tindakan mereka menguasai jalur perdagangan laut dan
setelah mereka menghancurkan
jalur darat serta berhasil menguasai Mesir dan Syam, (dalam riwayat lain) dikatakan
: bahwa mereka
hijrah setelah terjadinya banjir besar tersebut.
Juga tidak menutup kemungkinan jika hal itu sebagai akibat dari
persaingan antara suku- suku Kahlan dan suku-suku Himyar, yang berakhir dengan keluarnya suku-suku Himyar dan pindahnya suku-suku Kahlân.
Suku-Suku Kahlân yang berhijrah
bisa dibagi menjadi empat golongan :
Azd ; Kehijrahan mereka langsung dipimpin oleh pemuka dan pemimpin mereka,
'Imran bin 'Amru
Muzaiqiya'. Mereka berpindah-pindah di negeri Yaman
dan mengirim para pemandu; lalu berjalan
ke arah utara
dan timur. Dan inilah rincian
akhir tempat-tempat yang pernah mereka
tinggali setelah perjalanan mereka tersebut : Tsa'labah bin Amru
pindah dari al-Azd menuju
Hijaz, lalu menetap diantara (tempat yang bernama) Tsa'labiyah dan Dzi Qar. Setelah
anaknya besar dan kuat, dia pindah ke Madinah dan menetap disana. Dan diantara keturunan Tsa'labah ini adalah Aus dan Khazraj, yaitu
dua orang anak dari Haritsah bin Tsa'labah.
Diantara keturunan mereka
yang bernama Haritsah
bin 'Amr (atau
yang dikenal dengan Khuza'ah) dan anak keturunannya
berpindah ke Hijaz, hingga mereka singgah di Murr azh-Zhahran, yang selanjutnya membuka tanah suci dan
mendiami Makkah serta mengekstradisi penduduk
aslinya, al-Jarahimah. Sedangkan 'Imran bin 'Amr
singgah di Omman lalu
bertempat tinggal di sana bersama
anak-anak keturunannya, yang disebut
Azd Omman, sedangkan kabilah-kabilah Nashr
bin aI-Azd menetap di Tuhâmah, yang disebut Uzd Syanû-ah. Jafnah
bin 'Amr pergi
ke Syam dan menetap di sana bersama
anak keturunannya. Dia
dijuluki Bapak para raja al-Ghassâsinah, yang dinisbatkan kepada mata air di Hijaz, yang dikenal dengan nama
Ghassân yang telah mereka singgahi sebelum akhimya pindah ke
Syam.
Lakhm dan Judzam;
mereka pindah ke bagian Timur
dan Barat. Tokoh
di kalangan mereka adalah Nashr
bin Rabi'ah, pemimpin raja-raja Al-Manadzirah di Hirah.
Bani Thayyi' ; Mereka berpindah ke arah utara
setelah perjalanan Azd
hingga singgah di antara dua gunung; Aja dan Salma,
dan akhirnya menetap
di sana dan kedua gunung tersebut kemudian dekenal
dengan dua gunungThayyi'.
Kindah; Mereka singgah
di Bahrain, kemudian
terpaksa meninggalkannya dan singgah di Hadhramaut. Namun nasib mereka
tidak jauh berbeda
dengan apa yang
menimpa mereka saat berada
di Bahrain, hingga
mereka pindah lagi
ke Najd. Di sana mereka
mendirikan pemerintahan
yang besar dan kuat. Tapi pemerintahan itu cepat berakhir tanpa meninggalkan bekas sedikitpun. Di
sana ada satu kabilah Himyar yaitu Qudha'ah (meskipun masih diperselisihkan penisbatannya kepada
Himyar)yang meninggalkan Yaman dan bermukim di daerah pedalaman as-Samawah, pinggiran Iraq.*
* Lihat rincian
tentang kabilah-kabilah ini dan hijrahnya dalam buku-buku: "Nasab Ma'd wal Yaman
al-Kabir", "Jamharatun Nasab", "al -'Iqdul Farid",
"Qalaidul Jumman", "Nihayatul Arib", "Tarikh Ibni Khaldun", "Saba -ikuz Zahab" , dll. Dan terdapat
perbedaan yang cukup
mencolok dalam berbagai
referensi sejarah dalam
menetapkan periode hijrah-hijrah yang
mereka lakukan dan
sebab-sebabnya. Tapi setel·h
mengamati secara cermat dari
berbagai sudut pandang, maka kami telah menetapkan pendapat yang kami anggap
kuat dalam bab ini berdasarkan dalil yang
ada.
Adapun Arab Musta'ribah, mereka merupakan cikal
bakal dari nenek moyang mereka yang tertua Ibrahim
'Alaihis-Salam, yang berasal
dari negeri Iraq,
dari sebuah kota
yang disebut Ar, dan terletak di pinggir barat
sungai Eufrat, berdekatan dengan Kufah.
Cukup banyak upaya penggalian
dan pengeboran yang dilakukan untuk mengungkap rincian yang mendetail
tentang kota ini dan keluarga
Nabi Ibrahim 'Alaihis Salam serta kondisi
religius dan sosial yang
ada di negeri itu.
Sudah diketahui bersama
bahwa Ibrahim ' Alaihis Salam
hijrah dari Iraq
ke Hâran atau Hirran, termasuk pula ke Palestina, dan menjadikan
negeri itu sebagai pijakan/ markas dakwah beliau. Beliau
banyak menyusuri pelosok
negeri ini dan lainnya, dan beliau pernah sekali mengunjungi Mesir. Fir-'aun
(sebutan bagi penguasa
Mesir) kala itu berupaya untuk melakukan tipu daya dan niat buruk
terhadap istri beliau,
Sarah. Namun Allah
membalas tipu dayanya
(senjata makan tuan). Dan tersadarlah Fir'aun itu betapa kedekatan hubungan Sarah
dengan Allah hingga
akhirnya ia jadikan
anaknya,** Hajar sebagai abdinya (Sarah). Hal itu dia lakukan sebagai tanda
pengakuannya terhadap keutamaannya, kemudian dia (Hajar)
dikawinkan oleh Sarah
dengan Ibrahim. Ibrahim
Alaihis Salam kembali
ke Palestina dan
Allah menganugerahinya Isma'il
dari Hajar. Sarah
terbakar api cemburu. Dia
memaksa Ibrahim untuk mengekstradisi Hajar dan putranya yang masih kecil, Isma'il. Maka
beliau membawa keduanya ke Hijaz dan menempatkan mereka berdua di suatu
lembah yang tiada
ditumbuhi tanaman (gersang
dan tandus) di sisi Baitul Haram, yang saat itu hanyalah
berupa gunduka~gundukan tanah. Rasa gundah mulai menggayuti pikiran
Ibrahim, Beliau menoleh
ke kiri dan
kanan, lalu meletakkan mereka berdua di dalam
tenda, diatas mata
air zamzam, bagian atas
masjid. Dan pada saat
itu tak ada seorang pun
yang tinggal di Makkah dan tidak ada mata air.
Beliau meletakkan didekat
mereka kantong kulit
yang berisi kurma,
dan wadah air. Setelah itu beliau kembali lagi ke Palestina. Berselang beberapa hari kemudian, bekal dan air pun habis.
Sementara tidak ada mata air yang mengalir. Disana tiba-tiba mata air Zamzam memancar berkat
karunia Allah, sehingga bisa menjadi sumber
penghidupan bagi mereka
berdua hingga batas waktu
tertentu. Kisah mengenai hal ini sudah
banyak diketahui secara
lengkapnya.
** Menurut kisah yang
sudah banyak dikenal,
Hajar adalah seorang
budak wanita. Tetapi seorang penulis kenamaan, al-'Allamah al-Qadhy Muhammad Sulaiman
Al-Manshurfury telah melakukan
penelitian secara seksama
bahwa Hajar adalah seorang
wanita merdeka,
Setelah perkawinan Isma'il
yang kedua ini, Ibrahim datang
lagi, namun tidak
bertemu dengan Isma'il
lalu akhirnya kembali ke Palestina setelah beliau menanyakan kepada istrinya tersebit tentang Isma'il dan kondisi
mereka berdua, isterinya memuij kepada Allah (atas apa yang dianugerahkan kepada
mereka berdua). Kemudian Ibrahim kembali menitip
pesan lewat istri
Isma'il, agar Isma'il
memperkokoh palang pintu
rumahnya. Pada kedatangan yang
ketiga kalinya Ibrahim
bisa bertemu dengan
Isma'il, yang saat
itu sedang meraut anak panahnya di bawah sebuah pohon
di dekat zamzam. Tatkala melihat kehadiran ayahnya, Isma'il
berbuat sebagaimana layaknya seorang anak yang lama tidak bersua bapaknya, begitu juga dengan Ibrahim. Pertemuan ini terjadi
setelah sekian lama yang sangat jarang
dijumpai seorang ayah yang penuh rasa kasih sayang dan lemah lembut bisa menahan kesabaran untuk bersua anaknya, begitu pula dengan
Isma'il, sebagai anak yang berbakti dan shalih. Dan kali ini mereka berdua membangun Ka'bah dan meninggikan
pondasinya. Kemudian Ibrahim
pun mengumumkan kepada
khalayak agar melakukan
haji sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah kepadanya.
Dari perkawinannya dengan
putri Madhdhadh, Isma'il
dikaruniai oleh Allah
se banyak dua belas orang anak yang
semuanya laki-laki, yaitu:
Nabat atau Nabayuth, Qidar, Adba-il, Mubsyam, Misyma', Duma,
Misya, Hidad, Yatma,
Yathur, Nafis dan Qaidaman. Dari mereka
inilah kemudian berkembang menjadi dua belas kabilah, yang semuanya menetap di Mekkah untuk
beberapa lama. Mata pencaharian mayoritas mereka adalah berdagang dari negeri Yaman ke negeri Syam dan Mesir.
Selanjutnya kabilah-kabilah ini menyebar di berbaga i penjuru Jazirah, dan bahkan hingga
keluar Jazirah, kemudian
seiring dengan pejalanan waktu,
keadaan mereka tidak
lagi terdeteksi, kecuali
anak keturunan Nabat
dan Qidar.
Peradaban anak keturunan Nabat mengalami kemajuan
di bagian utara
Hijaz. Mereka mampu mendirikan pemerintahan yang kuat dan
menguasai daerah-daerah di sekitarnya, dan menjadikan Al-Bathra' sebagai ibukotanya. Tak seorangpun yang
mampu melawan mereka hingga datangnya pasukan Romawi yang
berhasil melindas mereka. Sekelompok Peneliti berpendapat bahwa
raja-raja keturunan keluarga besar Ghassan, termasuk
juga kaum Anshor dari
suku Aus dan Khazraj bukan
berasal dari keturunan keluarga besar
Qahthan, tetapi mereka
adalah dari keturunan keluaraga besar Nabat,
anak Isma'il dan sisa-sisa mereka masih
berada di kawasan
itu, dan pendapat ini diambil oleh
Imam Bukhari sedangkan Imam Ibnu Hajar
menguatkan pendapat yang
mengatakan bahwa anak keturunan keluarga besar Qahthan
adalah berasal dari
keturunan keluarga besar Nabat.
Adapun anak keturunan Qidar bin Isma'il
masih menetap di Makkah, beranak
pinak di sana hingga
menurunkan 'Adnan dan anaknya Ma'ad.
Dari dialah orang-orang Arab Adnaniyah menisbatkan nasab mereka. Dan Adnan
adalah nenek moyang
kedua puluh satu dalam
silsilah keturunan Nabi
Shallallahu 'alaihi Wasallam. Diriwayatkan bahwa Nabi
Shallallahu 'alaihi Wasallam, jika beliau
menyebutkan nasabnya dan sampai kepada Adnan, maka beliau berhenti
dan bersabda, "Para ahli silsilah nasab
banyak yang berdusta", lalu beliau
tidak melanjutkannya. Segolongan ulama memperbolehkan mengangkat nasab dari Adnan ke atas dan melemahkan (mendho'ifkan) hadits yang
mengisyaratkan hal itu
(hadits yang disebut diatas). Menurut mereka
berdasarkan penelitian yang detail; sesungguhnya antara Adnan
dan Ibrahim 'Alaihis-Salam terdapat empat puluh
keturunan.
Keturunan Ma'ad dari anaknya, Nizar telah berpencar
kemana-mana (menurut suatu pendapat, Nizar adalah
satu-satunya anak Ma'ad).
Dan Nizar sendiri
mempunyai empat orang anak,
yang kemudian berkembang menjadi empat kabilah
yang besar, yaitu:
Iyad, Anmar, Rabi'ah dan Mudhar. Dua kabilah terakhir
inilah yang paling
banyak marga dan sukunya. Sedangkan dari Rabi'ah
muncul Asad bin Rabi'ah, Anzah,
Abdul-Qais, dua anak Wa-il ;Bakr dan Taghlib, Hanifah
dan lain-lainnya.
Sedangkan kabilah Mudhar
berkembang menjadi dua suku yang
besar, yaitu Qais
'Ailan bin Mudhar dan marga-marga Ilyas
bin Mudhar. Dan
dari Qais 'Ailan
muncul Bani Sulaim, Bani
Hawazin, Bani Ghathafan. Kemudian dari Ghathafan muncul 'Abs, Dzibyan, Asyja'
dan Ghany bin A'shar.
Dari Ilyas bin Mudhar muncul
Tamim bin Murrah,
Hudzail bin Mudrikah, Bani Asad bin Khuzaimah dan marga-marga Kinanah bin
Khuzaimah. Dan dari Kinanah muncul Quraisy, yaitu anak keturunan Fihr
bin Malik bin an-Nadhar
bin Kinanah.
Quraisy terbagi menjadi
beberapa kabilah, yang terkenal adalah
Jumuh, Sahm, 'Udai, Makhzum, Tim, Zuhrah dan suku-suku Qushay
bin Kilab, yaitu Abdud Dar bin Qushay, Asad bin Abdul 'Uzza
bin Qushay dan Abdu Manaf
bin Qushay.
Sedangkan Abdu Manaf
mempunyai empat anak:
Abdu Syams, Naufal,
al -Muththalib dan Hasyim. Hasyim adalah keluarga yang dipilih oleh
Allah yang diantaanya muncul Muhammad bin Abdullah bin Abdul-Muththalib bin Hasyim. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda:
"Sesungguhnya Allah telah memilih
isma'il dari anak keturunan Ibrahim,
memilih Kinanah dari anak
keturunan Isma'il, memilih Quraisy dari anak keturunan Bani Kinanah, memilih
Bani Hasyim dari keturunan Quraisy dan memilihku dari keturuan Bani Hasyim.
".(H.R. Muslim dan at -Turmudzy).
Dari al-'Abbas bin Abdul Muththalib, dia berkata, "Rasulullah Shallall ahu 'alaihi
Wasallam bersabda:
"Sesungguhnya Allah
menciptakan makhluk, lalu
Dia menjadikanku dan
sebaik -baik golongan mereka dan sebaik-baik dua golongan, kemudian
memilih beberapa kabilah,
lalu menjadikanku
diantara
sebaik-baik kabilah, kemudian memilih beberapa
keluarga Ialu menjadikanku diantara sebaik-baik keluarga mereka, maka
aku adalah sebaik
-baik jiwa diantara
mereka dan sebaik-baik keluarga diantara
mereka". (Diriwayatkan oleh at -Turmudzy).
Setelah anak-anak 'Adnan
beranak-pinak, mereka berpencar diberbagai tempat di penjuru jazirah Arab, menjelajahi tempat-tempat yang banyak
curah hujannya dan ditumbuhi oleh tanaman.
Abdul Qais dan keturunan Bakr bin Wa-il serta keturunan Tamim pindah ke Bahrain dan menetap di sana. Sedangkan Bani Hanifah bin Sha'b bin Ali bin Bakr bergerak menuju Yamamah dan singgah
di Hijr, ibukota
Yamamah. Semua keluarga Bakr bin Wa-il menetap
di berbagai penjuru
tanah Jazirah, mulai
dari Yamamah, Bahrain, Saif Kazhimah hingga mencapai laut,
kemudian tanah kosong
Iraq, al-Ablah hingga Haita.
Taghlib menetap di Jazirah dekat
kawasan Eufrat, diantaranya terdapat suku-suku
yang pernah hidup berdampingan dengan (kabilah) Bakr
sedangkan Bani Tamim
menetap di daerah pedalaman
Bashrah. Bani Sulaim menetap dekat Madinah, dari Wadi al-Qura hingga ke Khaibar hingga
bagian timur Madinah
mencapai batas dua gunung hingga berakhir di kawasan
pegungan Hurrah. Sementara Tsaqif menetap di Tha'if dan Hawazin
di timur Makkah dipinggiran Authas
yaitu dalam perjalanan antara Makkah dan Bashrah.
Dan Bani Asad bermukim di timur Taima' dan barat Kufah. Mereka
dan Taima' diantarai perkampungan Buhtur
dari suku Thayyi'. Sedangkan masa perjalanan mereka dan Kufah ditempuh
selama lima hari.
Ada lagi suku
Dzubyan yang bermukim
di dekat Taima' menuju Huran. Di Tihamah tersisa
beberapa suku-suku Kinanah, sedangkan di Makkah tinggal suku-suku Quraisy. Mereka berpencar-pencar
dan tidak ada sesuatupun yang bisa menghimpun mereka, hingga
muncul Qushay bin
Kilab. Dialah yang
menyatukan mereka dan membentuk satu kesatuan yang
bisa mengangkat kedudukan dan martabat mereka.
01 : http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-01.html
02 : http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-02-kitab-ar-rahiqul.html
03 : http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-03-kitab-ar-rahiqul.html
04 : http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-04-kitab-ar-rahiqul.html
05 :http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-05-kitab-ar-rahiqul.html
06 : http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-06-kitab-ar-rahiqul.html
07 : http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-07-kitab-ar-rahiqul.html
08 :http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-08.html
09 A :http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-09.html
09 B :http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-09-b.html
09 C :http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-09-c.html
09 D :http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-09-d.html
09 E :http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-09-e.html
10 :http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-10.html
11 :http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-11.html
12 :http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-12.html
13 A : http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-13.html
13 B :http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-13-b.html
LIHAT SAMBUNGAN SIRAH NABAWIYAH DI LINK DI BAWAH INI :
01 : http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-01.html
02 : http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-02-kitab-ar-rahiqul.html
03 : http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-03-kitab-ar-rahiqul.html
04 : http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-04-kitab-ar-rahiqul.html
05 :http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-05-kitab-ar-rahiqul.html
06 : http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-06-kitab-ar-rahiqul.html
07 : http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-07-kitab-ar-rahiqul.html
08 :http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-08.html
09 A :http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-09.html
09 B :http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-09-b.html
09 C :http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-09-c.html
09 D :http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-09-d.html
09 E :http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-09-e.html
10 :http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-10.html
11 :http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-11.html
12 :http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-12.html
13 A : http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-13.html
13 B :http://www.taukahanda.com/2020/08/sirah-nabawiyah-13-b.html
No comments:
Post a Comment