SIRAH
NABAWIYAH ( 09 A )
Syaikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury
Sumber : Kitab Ar-Rahiqul Makhtum
BERDAKWAH SECARA TERANG -TERAN GAN
(DAKWAH JAHRIYYAH)
Perintah Pertama untuk menampakkan Dakwah
Sehubungan dengan hal ini, ayat
pertama yang turun
adalah firmanNya: "dan berilah peringatan kepada
keluargamu yang terdekat" (Q.S.26/ asy -Syu'ara' : 214). Terdapat jalur cerita
sebelumnya yang menyinggung
kisah Musa 'alaihissalaam dari permulaan kenabiannya hingga hijrahnya bersama
Bani Israil, lolosnya mereka dari kejaran
Fir'aun dan kaumnya serta tenggelamnya fir'aun bersama kaumnya. Kisah
ini mengandung beberapa tahapan yang dilalui oleh
Musa 'alaihissalaam dalam
dakwahnya terhadap Fir'aun
dan kaumnya agar menyembah Allah.
Seakan-akan rincian ini hanya dipaparkan seiring
dengan perintah kepada Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam
agar berdakwah kepada
Allah secara terang-terangan sehingga dihadapan beliau dan para shahabatnya terdapat contoh
dan gambaran yang akan dialami oleh
mereka nantinya;yaitu berupa pendustaan dan penindasan manakala mereka melakukan dakwah tersebut secara
terang-terangan. Demikian pula, agar mereka mawas diri dalam melakukan hal itu dan berdasarkan ilmu
semenjak awal memulai
dakwah mereka tersebut.
Disamping itu, surat tersebut (asy-Syu'ara') juga
berbicara mengenai nasib yang akan dialami oleh pendusta-pendusta para Rasul, diantaranya sebagaimana yang
dialami oleh kaum nabi
Nuh, kaum 'Ad dan Tsamud,
kaum Nabi Ibrahim, kaum Nabi Luth
serta Ashhabul Aykah (selain
yang berkaitan dengan
perihal Fir'aun dan kaumnya). Hal itu
semua dimaksudkan agar mereka
yang melakukan pendustaan mengetahui bahwa mereka akan mengalami nasib
yang sama seperti
nasib kaum-kaum tersebut
dan mendapatkan pembalasan dari Allah bila melakukan hal
yang sama. Demikian pula, agar kaum Mukminin tahu bahwa
kesudahan yang baik dari itu semua akan
berpihak kepada mereka bukan kepada para pendusta tersebut.
Berdakwah di kalangan Kaum Kerabat
Setelah menerima perintah
dalam ayat tersebut, Rasululullah Shallallâhu 'alaihi
wasallam mengundang keluarga terdekatnya, Bani Hasyim. Mereka
datang memenuhi undangan itu disertai oleh
beberapa orang dari Bani al-Muththalib bin 'Abdi Manaf.
Mereka semua berjumlah
sekitar 45 orang
laki-laki. Namun tatkala
Rasulullah ingin berbicara, tiba-tiba Abu Lahab memotongnya sembari berkata: "mereka itu (yang hadir)
adalah paman- pamanmu,
anak-anak mereka; bicaralah dan tinggalkanlah masa
kekanak-kanakan!
Ketahuilah! Bahwa kaummu
tidak memiliki cukup
kekuatan untuk melawan
seluruh bangsa Arab.
Akulah orang yang
berhak membimbingmu. Cukuplah
bagimu suku-suku dari pihak
bapakmu. Bagi mereka, jika engkau ngotot melakukan sebagaimana yang engkau
lakukan sekarang, adalah lebih mudah ketimbang bila seluruh suku Quraisy bersama-sama bangsa Arab bergerak
memusuhimu. Aku tidak pernah melihat seseorang yang datang kepada
suku-suku dari pihak
bapaknya dengan membawa
suatu yang lebih jelek dari apa yang
telah engkau bawa
ini". Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam hanya diam dan tidak berbicara
pada majlis itu.
Kemudian beliau Shallallâhu 'alaihi wasallam mengundang mereka lagi, dan berbicara:
"alhamdulillah, aku
memujiNya, meminta pertolongan, beriman serta bertawakkal kepadaNya. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan
melainkan Allah semata
Yang tiada sekutu bagiNya". Selanjutnya beliau berkata: "sesungguhnya seorang pemimpin tidak
mungkin membohongi
keluarganya sendiri. Demi Allah yang tiada Tuhan
selainNya! Sesungguhnya aku adalah
Rasulullah yang datang
kepada kalian secara
khusus, dan kepada
manusia secara umum. Demi
Allah! sungguh kalian
akan mati sebagaimana kalian tidur dan kalian
akan dibangkitkan sebagaimana kalian bangun dari
tidur. Sungguh kalian akan
dihisab (diminta
pertanggungjawabannya) terhadap apa yang kalian lakukan. Sesungguhnya yang ada hanya surga
yang abadi atau
neraka yang abadi". Kamudian Abu Thalib
berkomentar: "alangkah
senangnya kami membantumu, menerima nasehatmu, dan sangat membenarkan kata-katamu. Mereka, yang merupakan
suku-suku dari pihak bapakmu telah berkumpul. Sesungguhnya aku hanyalah salah
seorang dari mereka namun aku adalah orang
yang paling cepat
merespek apa yang
engkau inginkan; oleh
karena itu teruskan apa yang
telah diperintahkan kepadamu. Demi Allah! aku masih akan melindungi dan membelamu akan
tetapi diriku tidak
memberikan cukup keberanian kepadaku untuk
berpisah dengan agama
Abdul Muththalib ". Ketika
itu, berkata Abu Lahab: "demi Allah!
ini benar-benar merupakan aib besar. Ayo
cegahlah dia sebelum
dia berhasil menyeret orang
lain selain kalian!.
Abu Thalib menjawab: "demi Allah! sungguh selama kami masih hidup, kami akan membelanya".
Di atas Bukit Shafa
Setelah yakin tugasnya menyampaikan wahyu Rabbnya
telah mendapatkan perlindungan dari
pamannya, Abu Thalib, beliau Shallallâhu 'alaihi wasallam suatu hari berdiri
tegak diatas bukit Shafa
sembari berteriak: "
Ya shabaahah! (seruan
untuk menarik perhatian orang agar berkumpul di waktu pagi)". Lalu berkumpullah suku-suku Quraisy. Kemudian beliau Shallallâhu 'alaihi wasallam mengajak mereka
kepada tauhid, beriman kepada risalah
yang dibawanya dan Hari Akhir.
Imam Bukhari telah
meriwayatkan satu sisi dari kisah
ini, yaitu hadits
yang diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas,
dia berkata: "tatkala turun ayat {firmanNya: 'dan
berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat' [Q.S.
asy-Syu'ara' : 214] } Nabi Shallallâhu 'alaihi wasallam naik ke atas
bukit Shafa lalu memanggil-manggil : 'wahai Bani Fihr! Wahai
Bani 'Adiy! Seruan
ini diarahkan kepada
suku-suku Quraisy. Kemudian tak berapa lama, merekapun berkumpul. Karena maha pentingnya
panggilan itu, seseorang yang tidak bisa keluar memenuhinya, mengirimkan utusan untuk melihat
apa gerangan yang
terjadi?.
Maka, tak terkecuali Abu Lahab dan kaum Quraisypun berkumpul juga. Kemudian
beliau Shallallâhu 'alaihi wasallam berbicara: 'bagaimana menurut
pendapat kalian kalau
aku beritahukan kepada kalian
bahwa ada segerombolan pasukan kuda di lembah sana yang
ingin menyerang kalian,
apakah kalian akan mempercayaiku?. Mereka
menjawab: 'ya!
Kami tidak pernah tahu
dari dirimu selain
kejujuran'. Beliau Shallallâhu 'alaihi wasallam berkata: 'Sesungguhnya aku adalah sebagai
pemberi peringatan kepada kalian terhadap azab yang amat pedih'. Abu Lahab menanggapi: 'celakalah engkau sepanjang hari ini!
Apakah hanya
untuk ini engkau
kumpulkan kami?. Maka
ketika itu turunlah
ayat
{firmanNya:
"binasalah kedua tangan Abu Lahab…"} [Q.S. al -Masad: 1] ".
Sedangkan Imam Muslim
meriwayatkan satu sisi yang lain dari kisah tersebut, yaitu riwayat dari Abu Hurairah radhiallaahu 'anhu, dia berkata:
"Tatkala ayat ini turun {firmanNya: 'dan berilah peringatan kepada keluargamu yang
terdekat' [Q.S. asy
-Syu'ara' : 214] } Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam mendakwahi mereka baik dalam
skala umum ataupun khusus.
Beliau berkata: 'wahai
kaum Quraisy! Selamatkanlah diri kalian dari
api neraka. Wahai Bani Ka'b! Selamatkanlah diri kalian dari
api neraka. Wahai
Fathimah binti Muhammad! Selamatkanlah dirimu dari api neraka. Demi
Allah! sesungguhnya aku tidak
memiliki sesuatupun (untuk
menyelamatkan kalian) dari
azab Allah selain
kalian memiliki ikatan rahim yang akan aku sambung karenanya".
Teriakan yang keras
ini merupakan bentuk
dari esensi penyampaian dakwah yang optimal dimana Rasulullah telah
menjelaskan kepada orang-orang yang memiliki hubungan terdekat dengannya bahwa membenarkan risalah yang
dibawanya tersebut adalah bentuk dari efektifitas hubungan antara dirinya dan mereka. Demikian pula, bahwa
f anatisme kekerabatan yang
dibudayakan oleh orang-orang Arab akan lumer di bawah terik panasnya peringatan yang datang dari Allah tersebut.
Menyampaikan al -Haq secara terang -terangan dan sikap
kaum Musyrikin terhadapnya
Teriakan lantang yang dipekikkan oleh
Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam tersebut masih terasa gaungnya di seluruh penjuru Mekkah.
Puncaknya saat turun firmanNya Ta'ala: "Maka sampaikanlah olehmu secara
terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang
musyrik" (Q.S. al-Hijr:
94). Lalu Rasulullah
Shallallâhu 'alaihi wasallam
melakukan dakwah kepada
Islam secara terang
- terangan (dakwah
jahriyyah) di tempat-tempat berkumpulnya kaum musyrikin dan di club-club mereka. Beliau membacakan
Kitabullah kepada mereka dan menyampaikan ajakan yang selalu disampaikan oleh para Rasul
terdahulu kepada kaum
mereka: 'wahai kaumku!
Sembahlah Allah. kalian tidak memiliki Tuhan selainNya'. Beliau juga, mulai
memamerkan cara beribadahnya kepada Allah di depan mata kepala mereka sendiri;
beliau melakukan shalat
di halaman ka'bah
pada siang hari
secara terang-terangan dan dihadapan khalayak
ramai.
Dakwah yang beliau
lakukan tersebut semakin
mendapatkan sambutan sehingga banyak orang yang masuk ke dalam Dienullah satu per-satu. Namun
kemudian antara mereka (yang sudah memeluk
Islam) dan keluarga
mereka yang belum
memeluk Islam terjadi
gap; saling membenci, menjauhi dan berkeraskepala. Melihat hal ini, kaum
Quraisy merasa gerah dan pemandangan semacam
ini amat menyakitkan mereka.
Sidang Majlis membahas upaya
menghalangi Jemaah Haji agar tidak mendengarkan Dakwah Muhammad Sepanjang hari-hari tersebut, ada hal lain
yang membuat kaum Quraisy gundah
gulana; yaitu bahwa belum
beberapa hari atau
bulan saja dakwah
jahriyyah tersebut berlangsung hingga (tak terasa)
mendekati musim haji.
Dalam hal ini, kaum Quraisy
mengetahui bahwa
delegasi Arab akan datang ke negeri mereka. Oleh karena itu, mereka melihat
perlunya merangkai satu
pernyataan yang nantinya (secara sepakat) mereka
sampaikan kepada delegasi
tersebut perihal Muhammad
agar dakwah yang
disiarkannya tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jiwa-jiwa mereka (delegasi Arab tersebut).
Maka berkumpullah mereka
di rumah al-Walid
bin al-Mughirah untuk
membicarakan satu pernyataan yang tepat dan disepakati bersama
tersebut. Lalu al-Walid berkata:"
Bersepakatlah mengenai
perihalnya (Muhammad) dalam satu pendapat dan janganlah berselisih sehingga membuat sebagian kalian
mendustakan pendapat sebagian yang lain dan sebagian lagi menolak pendapat
sebagian yang lain".
Mereka berkata kepadanya: "Katakan kepada kami
pendapatmu yang akan kami jadikan acuan!".
Lalu dia berkata:
"justru kalian yang
harus mengemukakan pendapat
kalian biar aku dengar dulu".
Mereka berkata: "(kita katakan) dia (Muhammad) adalah seorang
dukun".
Dia menjawab: "Tidak! Demi Allah dia bukanlah seorang
dukun. Kita telah melihat bagaimana kondisi para dukun sedangkan yang
dikatakannya bukan seperti komat-kamit ataupun sajak (mantera-mantera) para dukun".
Mereka berkata lagi: "kita katakan saja; dia seorang yang gila".
Dia menjawab: "Tidak! Demi Allah! dia
bukan seorang yang
gila. Kita telah mengetahui esensi gila dan telah mengenalnya sedangkan yang
dikatakannya bukan dalam kategori ketercekikan, kerasukan ataupun
was-was sebagaimana kondisi
kegilaan tersebut".
Mereka berkata lagi: "kalau begitu
kita katakan saja; dia adalah
seorang Penya'ir' ".
Dia menjawab: "Dia bukan
seorang Penya'ir. Kita telah
mengenal semua bentuk
sya'ir; rajaz, hazaj,
qaridh, maqbudh dan mabsuth-nya sedangkan yang dikatakannya bukanlah sya'ir".
Mereka berkata lagi: "Kalau begitu; dia adalah Tukang sihir".
Dia menjawab: "Dia bukanlah
seorang Tukang sihir.
Kita telah melihat para
tuk ang sihir dan jenis-jenis sihir mereka sedangkan yang
dikatakannya bukanlah jenis nafts (hembusan) ataupun 'uqad (buhul-buhul) mereka".
Mereka kemudian berkata: "kalau begitu, apa yang harus kita
katakan?".
Dia menjawab: "Demi Allah!
sesungguhnya ucapan yang dikatakannya itu amatlah manis dan mengandung sihir (saking
indahnya). Akarnya ibarat
tandan anggur dan cabangnya
ibarat pohon yang rindang. Tidaklah
kalian merangkai sesuatupun sepertinya melainkan
akan diketahui kebathilannya.
Sesungguhnya, pendapat yang lebih dekat mengenai dirinya adalah dengan mengatakan bahwa dia seorang
Tukang sihir yang mengarang suatu ucapan
berupa sihir yang mampu
memisahkan antara seseorang dengan bapaknya, saudaranya dan isterinya. Mereka
semua menjadi terpisah
lantaran hal itu".
Sebagian riwayat menyebutkan bahwa tatkala al-Walid menolak semua pendapat yang mereka
kemukakan kepadanya; mereka berkata kepadanya: "kemukakan kepada kami pendapatmu yang tidak ada celanya!".
Lalu dia berkata kepada mereka: "beri aku kesempatan barang
sejenak untuk memikirkan hal itu!". Lantas
al-Walid berfikir dan
menguras fikirannya hingga
dia dapat menyampaikan kepada mereka pendapatnya tersebut sebagaimana yang disinggung diatas.
Dan mengenai al-Walid ini, Allah Ta'ala menurunkan enam belas ayat dari
surat al-Muddatstsir, yaitu dari ayat 11 hingga ayat 26;
dipertengahan ayat-ayat tersebut
terdapat gambaran bagaimana dia berfikir keras,
Dia Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya) [18]. maka celakalah dia!
Bagaimanakah dia menetapkan,[19]. kemudian celakalah
dia! Bagaimanakah dia menetapkan, [20]. kemudian
dia memikirkan, [21].
sesudah itu dia
bermasam muka dan merengut, [22]. kemudian dia berpaling (dari
kebenaran) dan menyombongkan diri, [23]. lalu dia berkata:"(al-Qur'an) ini tidak lain hanyalah sihir
yang dipelajari (dari
orang-orang dahulu), [24]. ini tidak lain hanyalah
perkataan manusia". [25].
Setelah majlis menyepakati keputusan tersebut,
mereka mulai melaksanakannya; duduk- duduk di jalan-jalan yang dilalui orang hingga delegasi Arab datang pada
musim haji.
Setiap ada orang yang lewat, mereka peringatkan dan
singgung kepadanya perihal Rasulullah
Shallallâhu 'alaihi wasallam .
Sedangkan yang dilakukan oleh Rasululllah Shallallâhu 'alaihi wasallam manakala sudah datang musimnya adalah mengikuti dan membuntuti orang-orang sampai ke rumah- rumah mereka, di pasar 'Ukazh,
Majinnah dan Dzul
Majaz. Beliau mengajak mereka ke jalan Allah namun
Abu Lahab yang selalu membuntuti di belakang beliau memotong setiap ajakan beliau Shallallâhu 'alaihi wasallam
dengan berbalik mengatakan kepada mereka: "jangan kalian
ta'ati dia karena
sesungguhnya dia adalah
seorang Shabi' (orang yang mengikuti syari'at nabi-nabi zaman dahulu atau
orang yang menyembah bintang atau menyembah dewa-dewa) lagi Pendusta".
Akhir yang terjadi,
justru dari musim
itu delegasi Arab
banyak mengetahui perihal Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam sehingga
namanya menjadi buah bibir orang di seantero negeri Arab.
Metode -Metod e yang digunakan dalam
menghadapi Dakwah Islamiyyah
Manakala kaum Quraisy menyelesaikan rituil haji,
mereka segera memikirkan metode- metode yang bakal
digunakan dalam menghadapi dakwah Islamiyyah di tempat
bertolaknya, lalu mereka
memilih beberapa metode
berikut:
Mengejek, menghina, merendahkan, mendustai dan menertawakan :
Target mereka adalah menghinakan kaum Muslimin dan
melemahkan semangat juang mereka.
Mereka menuduh nabi Shallallâhu 'alaihi wasallam dengan tuduhan-tuduhan yang kerdil dan celaan-celaan yang nista; menjuluki beliau Shallallâhu 'alaihi
wasallam sebagai orang gila , dalam firmanNya: "dan mereka berkata:
"Hai orang
yang diturunkan kepadanya adz-Dzikr (al-Qur'an), sesungguhnya engkau adalah
orang yang benar-benar gila". (Q.S.15/
al -Hijr: 6).
Mereka juga menuduh
beliau sebagai tukang
sihir dan pendusta,
dalam firmanNya: "Dan
mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul)
dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata :"ini adalah seorang ahli
sihir yang banyak
berdusta". (Q.S. 38/
Shaad: 4). Mereka
mengunjungi dan menyambut
beliau dengan penuh
rasa dendam dan gemuruh kemarahan, {Allah berfirman}
:" Dan sesungguhnya orang -orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan
mereka, tatkala mereka mendengar al-Qur'an dan mereka
berkata:"Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila".
(QS. 68/ al -Qalam:51).
Bila beliau Shallallâhu 'alaihi wasallam sedang
duduk-duduk dan disekitarnya shabat- shahabat
beliau yang terdiri
dari al- Mustadh'afun (kaum-kaum lemah), mereka mengejek sembari berkata:
"(semacam) mereka itulah teman-teman duduk (ngobrol) nya, {Allah berfirman}: "orang-orang semacam
itukah diantara kita
yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?". (Q.S. 6/ al -An'am: 53),
lalu Allah membantah ucapan
mereka tersebut:
"Tidakkah Allah mengetahui tentang orang-orang yang
bersyukur (kepadaNya)?". (Q.S. 6/
al -An'am: 53). Kondisi mereka
sebenarnya persis sebagaimana yang dikisahkan oleh Allah kepada kita, dalam
firmanNya: "Sesungguhnya orang-orang yang
berdusta, adalah mereka yang
dahulunya (di dunia)
mentertawakan orang-orang yang
beriman (29). Dan apabila orangp-orang beriman lalu di
hadapan mereka, mereka saling mengedipkan matanya (30). Dan apabila
ornag-orang berdosa itu
kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira
(31). Dan apabila
mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan:
'sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat (32). Padahal
orang-orang yang
berdosa itu tidak
dikirim untuk penjaga
bagi orang-orang mukmin (33)". [Q.S.
83/ al -Muththaffifiin: 29 -33].
Memperburuk citra ajaran-ajaran yang dibawanya,
menyebarkan syubhat-syubhat, mempublikasikan
dakwaan-dakwaan dusta, menyiarkan statement-statement yang keliru seputar ajaran-ajaran, diri
dan pribadi beliau
serta membesar-besarkan tentang
hal itu:
Tindakan tersebut mereka
maksudkan untuk tidak
memberi kesempatan kepada
orang- orang awam merenungi
dakwahnya: Mereka selalu berkata tentang al-Qur'an: {Allah berfirman}: "dongengan -dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan,
maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap
pagi dan petang" (Q.S.25/ al -Furqan: 5). {Dan firmanNya}: "
al -Qur'an ini tidak lain
hanyalah kebohongan yang
diada-adakan oleh Muhammad dan dia dibantu
oleh kaum yang
lain…". (Q.S.
25/ al -Furqan:
4). Mereka sering berkata: {dalam firmanNya}: "sesungguhnya al -Qur'an itu
diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)". (Q.S. 16/ an
-Nahl: 103). Mereka juga sering mengatakan tentang Rasululullah : {dalam
firmanNya}: "mengapa R asul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar?". (Q.S.25/
al -Furqan: 7). Di dalam
al-Qur'an terdapat banyak contoh bantahan terhadap statement-statement
mereka setelah menukilnya ataupun tanpa menukilnya.
Menghalangi orang-orang agar tidak dapat
mendengarkan al-Qur'an dan mengimbanginya dengan dongengan-dongengan
orang-orang dahulu serta membuat sibuk mereka dengan hal itu:
Mereka menyebutkan bahwa
an-Nadhar bin al-Harits pergi ke Hirah.
Disana dia belajar cerita-cerita tentang raja-raja
Persia, cerita-cerita tentang Rustum dan Asvandiar. Jika Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam sedang
duduk-duduk di suatu
majlis dalam rangka berwasiat kepada Allah dan mengingatkan manusia
akan pembalasan-Nya, maka
seusai beliau Shallallâhu 'alaihi
wasallam melakukan hal
itu; an-Nadhar berbicara kepada orang- orang sembari
berkata: "Demi Allah!
ucapan Muhammad tersebut
tidaklah lebih baik
dari ucapanku ini". Kemudian
dia mengisahkan kepada
mereka tentang cerita
raja -raja Persia, Rustum dan Asvandiar. Setelah
itu, dia berceloteh: "Kalau begitu,
bagaimana bisa ucapan Muhammad lebih bagus dari ucapanku ini?".
Dalam hadits yang
diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas disebutkan bahwa an -Nadhar
membeli seorang budak perempuan. Maka, setiap dia mendengarkan ada
seseorang yang tertarik terhadap Islam, dia segera menggandengnya menuju
budak perempuannya tersebut, lalu berkata (kepada budak perempuannya): "beri dia makan, minum dan
penuhi kebutuhannya. Ini adalah
lebih baik dari
apa yang diajak
oleh Muhammad kepadamu".
Maka turunlah ayat
mengenai dirinya, Allah
berfirman: "Dan
diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak
berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah…". (Q.S.31/ Luqman: 6).
LIHAT SAMBUNGAN SIRAH NABAWIYAH DI LINK DI BAWAH INI :
No comments:
Post a Comment